Damaskus – Presiden Suriah Bashar Assad mengatakan bahwa perang melawan teroris di Suriah belum berakhir, dan akan berlanjut sampai setiap bagian dari wilayah negara itu dibebaskan dari kelompok teroris.
Dalam wawancara dengan Sputniknews.com, Bashar memberi catatan kehadiran Rusia secara politik dan militer atas permintaan Damaskus telah mengubah jalannya perang.
Bantuan militer Rusia ke Damaskus saat ini memasuki tahun kelima. Sputnik bertanya kepada Presiden Suriah apakah setelah lima tahun ini dia dapat mengatakan perang telah berakhir.
“Tidak, pasti tidak. Selama Anda memiliki teroris yang menduduki beberapa wilayah negara kami dan melakukan berbagai jenis kejahatan dan pembunuhan dan kejahatan lainnya, itu belum berakhir,” kata Bashar, Kamis (9/10).
Bashar menegaskan kembali, masuknya Rusia ke dalam peperangan di Suriah menjadi satu di antara tiga titik balik, bersama pembebasan wilayah Suriah pertama dari tangan teroris Front Nusra pada 2013.
Lalu diikuti kemunculan tiba-tiba ISIS yang memperoleh dukungan anasir asing seperti Amerika Serikat. ISIS meluaskan wilayah mereka pada 2014.
“Titik balik lainnya adalah ketika Rusia datang ke Suriah pada 2015. Kami mulai membebaskan banyak wilayah,” katanya.
Bashar menceritakan, begitu militer Rusia tiba di Suriah, target pertama mereka membebaskan bagian timur Aleppo. Selanjutnya, pasukan Suriah dan Rusia merebut kembali daerah-daerah lain di bagian timur dan selatan Suriah.
Ditanya apakah dia dapat membedakan tindakan kepahlawanan tertentu oleh militer Rusia dalam perang Suriah, Bashar mengatakan ada begitu banyak.
Bashar melukiskan bagaimana pilot-pilot Rusia terus terbang di atas teroris setiap hari, mempertaruhkan nyawa mereka. “Anda memiliki beberapa pesawat yang ditembak jatuh teroris,” lanjutnya.
“Setelah lima tahun kerja sama antara tentara Suriah dan Rusia dalam perang yang kejam, saya pikir kepahlawanan menjadi tindakan kolektif,” kata Assad.
“Yang akan saya sampaikan kepada anak cucu saya suatu saat nanti bukan hanya tentang kepahlawanan ini, tetapi saya juga akan berbicara tentang nilai-nilai bersama yang kami miliki di kedua pasukan kami yang menjadikan kami bersaudara selama perang ini, nilai-nilai luhur ini, setia kepada tujuan mereka, membela warga sipil, dan membela yang tidak bersalah,” kata pemimpin Suriah yang juga dokter lulusan Inggris ini.
Perang di Suriah saat ini memasuki tahun kesembilan. Pada Agustus 2015, Damaskus meminta bantuan militer kepada Moskow dalam melawan pasukan oposisi bersenjata, termasuk organisasi teroris.
Pasukan Rusia telah memberikan bantuan di lapangan dan memantau gencatan senjata serta memfasilitasi kembalinya pengungsi Suriah dan membantu pemulihan keadaan.