Solo – Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebutkan bahwa radikalisme, terorisme, dan narkoba adalah tantangan terbesar masa kini. Presiden juga mengatakan bahwa tantangan terberat bangsa Indonesia dalam berkonstitusi pada kondisi kekinian tidaklah mudah.
Dikatakan, dunia berubah dengan cepat. Banyak hal-hal baru yang muncul. Kondisi tersebut sangat berbeda dibandingkan saat konstitusi di negara Indonesia tengah disusun. Sementara tantangan baru terus bermunculan, seperti radikalisme, terorisme, globalisasi, perdagangan narkoba, perdagangan manusia, penyelundupan senjata kejahatan siber dan banyak lagi.
Sebagai negara demokrasi, Indonesia menjadikan konstitusi sebagai rujukan pertama dalam membangun praktik-praktik demokrasi yang sehat dan bermartabat. Sehingga negara demokrasi yang merujuk pada konstitusi, maka tidak ada satupun instansi yang memiliki kekuasaan mutlak apalagi seperti diktator.
“Konstitusi memastikan adanya perimbangan antar-lembaga negara dan bisa saling kontrol dan mengawasi,” kata Presiden Jokowi saat membuka Simposium Internasion Mahkmah Konstitusi dan Institusi Sejenis se-Asia (the Association of Asian Constitutional Court and Equivalent Institutions (AACC) di Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/8/2017).
Tak hanya itu, lanjut Jokowi, konstitusi juga mencegah munculnya pemaksaan kehendak atas nama masyarakat. Dengan koridor tersebut, akan terbangun demokrasi yang sehat dan demokrasi yang terhormat. Belum lagi, generasi terus juga berganti. Saat ini, banyak generasi milenium yang memilik cara berpikir berbeda dengan generasi sebelumnya.
Presiden juga mengingatkan bahwa tidak ada dalam negara konstitusi warga negara kelas satu atau kelas dua, yang ada adalah Warga Negara Indonesia. Konstitusilah yang menjaga agar tidak ada satupun kelompok yang bisa memaksakan kehendaknya tanpa menghormati hak-hak warga negara yang lain.