Sahel – Tanpa mengurangi jumlah pasukan, Prancis akan melanjutkan operasi militernya di wilayah Sahel di benua Afrika untuk memerangai kelompok teroris. Demikian ditegaskan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam konferensi virtual selama dua hari dengan jajaran petinggi negara Chad.
Berbicara dalam sebuah konferensi pers dari Istan Elysee di Paris pada Selasa malam, Macron menilai langkah mengurangi jumlah pasukan justru bertolak belakang dengan upaya Prancis dalam mencapai tujuan di Sahel.
Ia menegaskan perubahan signifikan mengenai sistem militer Prancis di Sahel akan terjadi, tapi bukan saat ini.
Dikutip dari laman Anadolu Agency pada Rabu, (17/2), penarikan massal pasukan Prancis dinilai Macron sebagai sebuah kesalahan. Namun untuk jangka panjang, ia mengatakan Paris akan berdiskusi dengan negara-negara di kawasan Sahel mengenai evaluasi kehadiran militer Prancis, apakah perlu dikurangi atau justru ditambah.
Pernyataan Macron bertolak belakang dari Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly bulan lalu. Kala itu, Parly menyebut Prancis mempertimbangkan pengurangan pasukan usai kesuksesan operasi di Sahel tahun lalu.
Di bawah Operasi Barkhane, Prancis telah mengerahkan 5.100 personel militer ke Sahel. Macron menilai operasi ini telah membuahkan hasil, namun belum memberantas ancaman grup militan secara keseluruhan.
Macron menekankan kembali bahwa Prancis akan melanjutkan operasi gabungan bersama negara-negara Sahel. Tujuan dari komitmen Prancis ini adalah memperkuat operasi militer terhadap terorisme di kawasan tersebut.
“Kita tidak boleh melepaskan tekanan terhadap grup-grup teroris di Sahel. Kita harus mempertahankan kendali di kawasan tiga perbatasan dengan operasi-operasi konkret,” tegas Macron.