Sumbawa – Kunjungan Presiden Joko Widodo bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja dan Gubenur NTB, pada Ahad (29/7), ditandai dengan meresmikan bangunan Pondok Pesantren Modern Internasional (PMI) De Malela yang berlokasi di Sumbawa Besar, NTB.
Dalam sambutanya, kepala Negara mengapresiasi bangunan pontren yang berlokasi di kawasan perbukitan.
“Saya melihat dari atas tadi, gedung-gedungnya sangat tertata, tata ruangnya sangat bagus dengan kontur-kontur naik dan turun, di depannya ada gunung yang menjulang indah, kanan-kiri ada perbukitan,” ujar Presiden.
Beragam fasilitas penunjang belajar mengajar untuk santri pontren De Malela membuat Presiden yakin bahwa PMI De Malela kedepanya akan menjadi pusat pendidikan Islam di Tanah Air dan juga dunia internasional.
“Jadi kalau tadi disampaikan oleh Prof Din Syamsuddin bahwa ini akan menjadi kampus internasional, insya Allah bukan sesuatu mimpi tetapi akan menjadi sebuah kenyataan,” ucap Presiden.
Fasilitas pontren yang diresmikan Presiden antara lain adalah perpustakaan, gedung belajar, masjid dan wisma.
Dikutip dari laman www.republika.co.id, Presiden mengajak kepada seluruh masyarakat yang hadir untuk bersama-sama menjaga keberagaman yang dimiliki Indonesia. karena hal tersebut merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yakni persatuan, kerukunan, dan persaudaraan yang terjalin antar masyarakat.
“Saya mengajak kita semuanya untuk terus memelihara dan merawat ukhuwah Islamiyah kita, merawat dan menjaga ukhuwah wathoniyah kita, karena itulah tugas kita bersama,” kata Jokowi.
“Selain itu, penduduk kita ada 263 juta jiwa, terdiri atas 514 kabupaten/kota dan 34 provinsi. Agama kita, adat kita, tradisi kita, suku kita, bahasa kita sangat majemuk. Kita punya 714 lebih suku, 1.100 lebih bahasa. Semua ini adalah anugerah yang diberikan Allah. Karenanya, persatuan, kerukunan dan persaudaraan adalah aset terbesar kita,” ujarnya.
Presiden melihat, sebagai sebuah negara besar, tidak salah jika bangsa dan masyarakat Indonesia bermimpi dan bercita-cita besar.
“Saya titip, jangan sampai Indonesia retak. Jangan sampai kita tidak rukun hanya gara-gara pilihan bupati, walikota, gubernur atau presiden. Pesta Demokrasi akan terus ada tiap lima tahun. Sekali lagi, jangan sampai gara-gara pesta demokrasi, kita tidak rukun. Jangan bawa politik ke ranah persatuan dan persaudaraan kita dan merusaknya,” tegas Jokowi.
Pengasuh PMI Dea Malela, M Din Syamsuddin mengatakan, PMI Dea Malela yang berada dalam naungan Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Dea Malela, berdiri pada 2016 silam dan berada dalam lahan tak kurang dari 90 hektare. Pada 2018 ini, adalah tahun ketiga PMI Dea Malela.
“Kami menerima 138 santri. Dari jumlah tersebut, 21 santri berasal dari luar negeri, yakni Russia, Thailand, Kamboja, Malaysia dan Timor Leste. Untuk santri dalam negeri, selain dari Provinsi NTB, ada pula santri dari Aceh, Jakarta, Papua, Jawa Barat dan lain sebagainya,” terang Din.
Total santri Pesantren Internasional Dea Malela sebanyak 272 santri nasional dan internasional, yang terdiri dari 117 santriwati dan 151 Santriwan. Dari Jumlah tersebut ada santriwati dan santriwan luar negeri yang berasal antara lain dari Thailand 16 orang, Kamboja 9 orang, Timor Leste 8 orang dan Rusia 2 orang.
Menurut Din, ke depan, PMI Dea Malela berencana menambah jenjang pendidikan, yaitu Universitas Islam Internasional Dea Malela. PMI Dea Malela, kata dia, didesain untuk menggabungkan ilmu agama dan umum.
“Dea Malela bukan didesain untuk mencetak ulama klasik yang hanya mempelajari fiqih agama, tetapi juga fiqih fisika, fiqih biologi, matematika dan lain sebagainya,” katanya.
Din mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga PMI Dea Malela bisa berkembang pesat.
“Modal kami saat mendirikan PMI ini adalah hanya niat dan cita-cita. Karena kami berkeyakinan, jika kita menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita,” imbuh Din.