Jakarta – Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan, rakyat Indonesia tak boleh ragu dan takut melawan intoleransi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Presiden menyampaikan itu ketika membuka peringatan ke-62 Konferensi Asia Afrika (KAA).
Menurut Jokowi, perlawanan terhadap intoleransi menjadi upaya dan komitmen bersama menjaga keberagaman Indonesia. Presiden menegaskan, Indonesia dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika.
“Jangan mudah tergoda dengan isu-isu SARA yang memperlemah bangsa. Jangan takut melawan tindakan intoleransi dan kekerasan atas nama apa pun,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Selasa (18/4/2017).
Dikatakan, kerukunan dapat terjalin di Indonesia yang memiliki setidaknya 1.340 suku, beragam ras dan agama. Hal itu terbukti dari masih bertumbuhnya ekonomi Indonesia 5,02 persen berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS).
Di hadapan delegasi negara-negara Asia dan Afrika, Presiden menuturkan, kini Indonesia menjadi referensi bangsa-bangsa dalam menjaga dan menjamin keberagaman di masyarakat.
Hal ini disandingkan dengan Soekarno sebagai salah satu inisiator KAA 62 tahun lalu. “Kalau dulu Indonesia menjadi salah satu inisiator solidaritas Asia-Afrika, menjadi inspirator negara terjajah untuk merdeka, sekarang Indonesia menjadi rujukan mengelola keberagaman,” kata Jokowi.
Dia berpendapat, mengelola kemajemukan menjadi permasalahan yang dihadapi banyak negara. Hal itu terlihat setelah Jokowi berkunjung ke sejumlah negara di Eropa, Amerika, Asia, dan Timur Tengah.
Menurutnya, negara-negara maju kini gelisah, merasa tak aman, harus menghadapi terorisme, ekstremisme, dan radikalisme. Sehingga, mereka mulai mencari contoh dan nilai mengelola keberagaman.