Presiden: Bahaya Jika Tidak Ada Pendidikan Karakter di Sekolah

Jakarta – Presiden Joko Widodo menegaskan, akan berbahaya jika tidak ada pendidikan karakter di sekolah. Presiden juga mengkhawatirkan nilai agama dan budaya di Tanah Air akan tergerus lantaran yang mendidik anak bukan hanya guru dan orang tua, tapi juga media sosial.

Hal itu dikemukakan Presiden dalam pertemuan dengan Al-Irsyad Al-Islamiyah di Istana Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/11/2017). “Jangan hanya pandai matematika, teknologi, fisika, biologi, tapi tak punya karakter dan nilai agama dan budaya yang baik. Percuma tak ada artinya,” katanya.

Jokowi pun sudah menerbitkan Perpres Pendidikan Penguatan Karakter pada 2017. “Kita takut nilai agama dan budaya yang ada di negara kita Indonesia tergerus gara-gara anak didik kita sekarang yang mendidik bukan hanya guru, orang tua, tapi media sosial juga ikut mendidik mereka,” katanya.

Regulasi ini sempat menuai kontroversi saat masih merupakan Permendikbud. Tetapi, kemudian pemerintah mengundang para ulama dan perwakilan ormas Islam sehingga mengubah Permendikbud menjadi Perpres.

“Alhamdulillah saat kita mengundang seluruh ormas Islam, semuanya memberikan dukungan penuh pada Perpres penguatan karakter yang kita keluarkan. Ini sebuah hal yang patut kita syukuri bahwa semuanya punya kesadaran yang sama betapa pentingnya penguatan karakter bagi anak-anak kita,” tuturnya.

Presiden juga mengundang para kepala suku dan tokoh agama di tempat yang sama. Pada kesempatan ini, dia mengatakan, Indonesia memiliki 714 suku dan berpesan agar bangsa Indonesia selalu menjaga persaudaraan.

“Afghanistan itu memiliki 7 suku, sekarang terpecah menjadi 40 kelompok karena dimulai dari dua suku yang bertikai yang satu bawa teman dari luar, yang satu (lagi) bawa temen dari luar akhirnya berantem, perang, dan sampai sekarang belum selesai,” katanya.

Oleh sebab itu, dia mengatakan, “Dijaga persaudaraan, dijaga kerukunan di antara suku-suku bangsa. Jangan sampai seperti yang terjadi di Afghanistan, sangat sulit sekali kalau sudah seperti itu untuk mendamaikan, untuk merukunkan kembali”.

Menurut Jokowi, akhir bulan ini akan datang perwakilan kelompok dari Afganistan ke Indonesia untuk melihat keberagaman yang bisa tetap rukun. “Jadi kalau kita sendiri di dalam negeri ini masih ada yang usrek, usrek itu apa ya, gesekan, nanti akan menjadi sangat lucu sekali karena kita dilihat sekarang ini. Eropa melihat kita setelah banyak kegaduhan di dunia, kita ini dilihat. Jangan sampai kita dilihat dijadikan contoh tapi dalam negeri masih gaduh,” tutur Jokowi.