Paris – Prancis telah meningkatkan tingkat kewaspadaan terorisme di
seluruh negeri menyusul serangan terhadap konser musik yang ramai di
Rusia, yang menyebabkan 137 orang tewas.
Pada hari Jumat (22/3/2024), empat warga negara Tajikistan melepaskan
tembakan di dalam Balai Kota Crocus di luar Moskow dan membakar gedung
tersebut. Semua teroris kemudian ditahan ketika mencoba melarikan diri
dengan mobil ke Ukraina, menurut Presiden Vladimir Putin.
Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Moskow
sejauh ini belum mengkonfirmasi keterlibatan kelompok tersebut.
“Setelah serangan di Moskow, presiden Prancis mengadakan pertemuan
Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional malam ini,” tulis Perdana
Menteri Prancis Gabriel Attal di X (sebelumnya Twitter) pada hari
Minggu (24/3/2024) seperti dikutip Russia Today, Senin (25/3/2024).
“Mengingat klaim ISIS bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan
tersebut, dan ancaman yang mengancam negara kami, kami memutuskan
untuk meningkatkan rencana Vigipirate ke tingkat tertinggi,” tambah
perdana menteri.
Prancis telah menerapkan langkah-langkah keamanan yang diperkuat sejak
serangkaian serangan teroris pada Januari 2015, ketika sekelompok
Islam membunuh 17 orang di Paris dan sekitarnya. Pemerintah
menanggapinya dengan memberlakukan Operasi Sentinel, yang melibatkan
pengerahan tentara bersenjata untuk berpatroli di ibu kota Prancis.
Salah satu serangan Islam paling mematikan dalam sejarah terjadi pada
bulan November 2015, ketika pelaku bom bunuh diri dan pria bersenjata
menewaskan 130 orang di Paris.