Malang – Meski banyak mendengar dan mengetahui sekilas tentang radikalisme melalui media massa, namun prajurit Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) khususnya di lingkungan Divisi Infanteri (Divif) 2/Kostrad harus mengerti dan memahami tentang bahaya penyebaran paham radikalisme yang ada di masyarakat. Agar paham tersebut tidak menyebar di lingkungan TNI-AD, maka prajurit Kostrad pun dituntut memahami dan mampu untuk ikut mencegah penyebaran paham tersebut .
Hal tersebut dikatakan Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) 2/Kostrad, Mayjen TNI Tri Yuniarto, S.AP, M.Si, M.Tr(Han), dalam arahannya kepada prajurit Divif 2/Kostrad pada acara Pembekalan Pencegahan Paham Radikal Terorisme bagi Prajurit TNI-AD dan keluarganya yang berlangsung di Gedung Sandoyo, Mako Divif 2/Kostrad, Singosari, Kab Malang, Rabu (19/8/2020)
Acara yang digelar oleh Staf Intelijen Angkatan Darat (Sintelad) terhadap satuan jajaran di Divif 2/Kostrad, ini menghadirkan narasumber dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat (Disbintalad)
“Secara definisi, radikalisme merupakan suatu paham atau gagasan yang menginginkan perubahan social politik dengan menggunakan cara-cara yang ekstrim, termasuk menggunakan cara kekerasan, bahkan teror. Selain itu, yang mengkhawatirkan dalam gerakan dan paham radikalisme ini adalah sikap yang mengedepankan intoleransi yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat membahayakan keselamatan, kedaulatan dan keutuhan bangsa,” kata Pangdivif 2/Kostrad, Mayjen TNI Tri Yuniarto.
Mantan Danrem 172/Praja Wira Yakthi Kodam XVII/Cenderawasih ini mengatakan bahwa pencegahan paham radikalisme yang dapat berujung pada aksi terorisme tentunya merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu sudah selayaknya bagi setiap warga negara turut serta menyebarluaskan hal-hal positif yang berkaitan dengan pertahanan Negara.
“Disinilah letak pentingnya pembekalan dan peran serta seluruh elemen masyarakat yang benar-benar sangat diperlukan dalam memerangi radikalisme. Sehingga memerangi radikalisme bukan hanya tugas polisi dan instansi terkait, tapi seluruh elemen masyarakat,” ujar mantan Direktur Doktrin (Dirdok) Kodiklatad ini, .
Karena lanjut alumni Akmil tahun 1989 peraih Adhi Makayasa ini mengatakan, dalam menanggulangi pencegahan radikalisme tentunya diperlukan kebijakan dan strategi kampanye serta sosialisasi yang komprehenshif, multidisiplin, terkoordinasi dan terpadu, konsisten, tepat waktu, berkelanjutan serta keterkaitan.
“Untuk itu mari kita simak dengan seksama pembekalan pencegahan radikalisme yang akan disampaikan oleh Tim dari Sintelad nanti, serap dan pahami materi serta tanyakan apabila belum paham dan mengerti dengan harapan kegiatan ini dapat terlaksana dengan optimal,” kata perwira tinggi yang dalam karir militernyabanyak dihabiskan di Pasukan ‘Baret Merah’ Kopassus TNI-AD ini.
Untuk itu mantan Komandan Brigif 13/Galuh Divif 1/kostrad ini berharap kepada para prajurtinya agar setelah mengikuti pembekalan radikalisme ini, para prajuritbnya dapat memiliki bekal dalam membangun sikap mental dan jati diri anak-anak kita semua agar terbebas dari bahaya paham radikalisme.
“Sehingga dengan adanya pembekalan ini nanti diharapkan dapat menjadi pedoman bagi setiap prajurit dalam pelaksanaan tugas dilapangan,” kata mantan Komandan Yonif Raider 323/Buaya Putih Kostrad ini mengakhiri.
Sementara itu Asisten Intelijen Kepala Staf Angkatan Darat (Asintel KSAD) Mayjen TNI Teguh Arief dalam sambutannya yang dibacakan Wakil Asintel bidang Inteltek dan Hublu, Brigjen TNI Taufan Gestoro mengatakan bahwa penyebaran paham radikal selama ini tidak hanya menyasar masyarakat biasa, pegawai lembaga negara maupun kementerian. Namun paham tersebut juga dapat menyusup dalam diri personel TNI AD maupun keluarganya.
“Oleh karena itu pengetahuan tentang bahaya paham radikal mutlak dibutuhkan oleh setiap personel TNI AD sehingga dapat menjadi penangkal bagi diri sendiri maupun keluarga,” ujar Brigjen TNI Taufan Gestoro.
Lebih lanjut alumni Akmil tahun 1990 ini menjelaskan bahwa, radikalisme adalah suatu ideologi, gagasan atau paham dengan cara ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/ekstrim. Yang mana inti dari tindakan radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang diinginkan.
“Kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan tersebut dalam tempo singkat dan secara drastis serta bertentangan dengan sistem sosial yang berlaku. Perkembangan radikalisme saat ini semakin meningkat ditambah dengan berkembang pesatnya teknologi yang membuat banyaknya gerakan paham radikal muncul terutama dalam media sosial. Hal ini merupakan peluang bagi terorisme untuk melakukan perekrutan kelompok radikal melalui internet,” ujar mantan Asintel Kodam V/Brawijaya ini.
Pemerintah sendiri menurutnya terus berupaya dalam mengembangkan ideologi nasionalisme untuk mengurangi paham radikali di tengah munculnya perekrutan anggota terorisme di media sosial. “Sejalan dengan itu didalam tubuh TNI khususnya TNI AD gencar berupaya agar personel di jajarannya tidak terpapar paham radikal, sehingga perlu diambil langkah pencegahan dimulai sejak dari proses rekruitmen prajurit,” katanya.
Untuk itu menurut mantan Komandan Kodim 0808/Blitar ini, kegiatan Kontra Radikalisme yang diadakan Sintelad melalui strategi pendekatan melalui pembekalan dan ceramah serta tanya jawab ini adalah merupakan upaya penanaman nilai-nilai nasionalisme serta nilai-nilai non kekerasan bagi prajurit Kostrad dan TNI-AD pada umumnya.
“Karena melalui kegiatan pembekalan ini diharapkan dapat terwujud pemahaman tentang bahaya penyebaran paham radikalisme bagi personel TNI AD dan keluarga,” kata mantan Komandan Yonif 315/Garuda ini mengakhiri
Turut hadir pada acara pembekalan ini yakni Kepala Staf (Kasdivif) 2 Brigjen TNI Tjaturputra Gunadi Genah., S.Sos., M.M., M.Tr.(Han), Inspektur Divif 2/Kostrad, Brigjen TNI Bahram. Wakil Asisten Intelijen (Waasintel) KSAD bidang Inteltek dan Hublu, Brigjen TNI Taufan Goestoro, Asren Divif2, para Asisten Kasdivif 2, Komandan Satuan beserta staf.
Para narasumber yang memberikan materi pada pembekalan yang dihadiri tidak kurang sebanyak 150 orang dari Divif 2/Kostrad ini yakni Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Pas. Drs. Sujatmiko dan Sekretaris Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat (Sesdisbintalad), Kolonel Kav. Khusnul Khuluq.
Selain untuk jajaran Divif 2/Kostrad, dua kegiatan serupa juga diselenggarakan di Makostrad, Gambir, Jakarta dengan narasumber dari BNPT yakni Kasubdit Pengawasan, Chairil Anwar, SH, MH,. Sedangkan lokasi lain yakni di markas Divif 1/Kostrad, Cilodong, Depok yang diikuti jajaran prajurit dibawahnya dengan narasumber Kasubdit Bina Dalam Lapas Khusus Terorisme (Binlapsuster), Kolonel Mar. Andy Prasetyo.