Badung – Potensi terorisme banyak ditemukan di internet. Banyak
kelompok teroris yang menyebarkan paham radikalisme melalui media
sosial.
“Karena, selama tiga tahun pandemi (COVID-19) kita terbiasa
berkomunikasi menggunakan media online. Pada saat yang bersamaan
sel-sel (kelompok teroris) juga memanfaatkan (media sosial),” kata
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Rycko
Amelza Dahniel menyebut seusai menghadiri peringatan 21 tahun Bom Bali
di Legian, Bali, Kamis (12/10/2023).
Rycko mengungkapkan bahwa teroris memanfaatkan momen pandemi itu untuk
menyebarkan paham radikalismenya kepada anak-anak dan remaja. Rycko
mencontohkan bahwa radikalisme kini menyebar dengan ‘bungkus’
konten-konten di media sosial.
Apalagi, kini makin banyak orang yang menggunakan internet untuk
bekerja, belajar, bahkan berkomunikasi dengan orang lain. Akibatnya,
anak-anak dan remaja menjadi sasaran empuk paham radikalisme.
“Hampir seluruh aspek kehidupan yang online itu, dimasukin
konten-konten radikal itu. Kami bersama Densus 88, menemukan ratusan
ribu konten (yang terkait radikalisme),” kata Rycko.
Lebih lanjut Rycko mengatakan BNPT terus mengendus keberadaan sel-sel
jaringan teroris dan pendukungnya. Termasuk, mendeteksi adanya potensi
terorisme melalui ‘bantuan’ para narapidana teroris.
Ia meyakini hingga kini masih ada jaringan-jaringan terorisme di
Indonesia. Tanpa menyebut di mana, jaringan teroris masih ada di
beberapa wilayah di Indonesia.
“Beberapa tempat memang ada potensi rawan (terorisme). Saya nggak
sebutkan tempatnya, tapi itu menjadi atensi Polri dan BNPT,” katanya.