Ponorogo — Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan kondisi siaga satu terhadap dua ancaman serius yang kini mengintai generasi muda: penyalahgunaan narkotika dan paparan paham radikal terorisme. Lebih mencemaskan lagi, dua ancaman ini disebut telah menyasar anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Peringatan tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpolinmas) Provinsi Jawa Timur, Eddy Supriyanto, dalam kegiatan Sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) serta Antisipasi Premanisme dan Radikalisme yang digelar di Gedung Sasana Praja, Ponorogo, Selasa (21/10/2025).
Acara itu dihadiri ratusan peserta dari berbagai unsur masyarakat — mulai dari guru, organisasi masyarakat, wartawan, hingga lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Ancaman Menyasar Anak Sekolah
Dalam paparannya, Eddy membeberkan fakta mengejutkan: anak-anak usia belia kini menjadi target utama baik bagi pengedar narkoba maupun jaringan penyebar paham radikal.
“Sekarang sudah menyasar anak-anak SMP bahkan SD. Sudah banyak yang menyalahgunakan narkotika,” ujar Eddy.
“Ini bukan hanya tugas BNN, kepolisian, atau pemerintah daerah, tapi tugas kita semua — keluarga, sekolah, dan lingkungan — untuk mengantisipasinya dari hal-hal kecil,” tegasnya.
Menurut Eddy, Jawa Timur termasuk dalam tiga provinsi paling rawan terpapar radikalisme dan terorisme di Indonesia, bersama Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Daerah-daerah seperti Magetan, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Probolinggo, dan Lamongan kini mendapat perhatian khusus karena tingkat kerawanannya yang tinggi.
“Ponorogo ini dekat dengan Magetan, sehingga harus kita bentengi. Anak-anak yang terpapar radikal juga semakin muda, banyak yang masih usia SMP,” kata Eddy memperingatkan.
Usia Pelaku Kriminal Makin Muda
Fenomena lain yang menjadi perhatian adalah menurunnya usia pelaku kriminalitas di Jawa Timur. Eddy mencontohkan, dalam peristiwa aksi anarkis di delapan kabupaten pada akhir Agustus lalu, provokator utama justru berasal dari kalangan pelajar SMP.
“Yang menggerakkan kerusuhan itu siswa SMP kelas dua di Kediri. Ini menunjukkan bahwa pelaku kriminalitas sekarang semakin muda,” ujarnya.
Kondisi tersebut, lanjut Eddy, menjadi alarm keras bagi semua pihak untuk memperkuat pendidikan karakter, kontrol keluarga, serta literasi digital agar generasi muda tidak mudah terprovokasi dan kehilangan arah moral.
Media Sosial Jadi Lahan Subur Radikalisme
Eddy juga menyoroti peran media sosial sebagai medium yang kerap dimanfaatkan untuk memprovokasi, menyebar ujaran kebencian, dan menanamkan ideologi radikal. Ia mengingatkan agar dunia pendidikan ikut berperan aktif sebagai benteng moral bagi siswa.
“Aksi-aksi anarkis kemarin rata-rata muncul karena provokasi di media sosial. Makanya kami hadirkan guru. Pendidikan menjadi kunci supaya anak-anak kita terbentengi dengan agama dan Pancasila, dan bisa bijak bermedia sosial — saring sebelum sharing,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, lanjut Eddy, telah bekerja sama dengan Polda Jatim dan Dinas Kominfo untuk memantau dan men-takedown konten berbahaya, termasuk situs maupun akun penyebar narkotika secara daring. Ia juga mengimbau masyarakat segera melapor kepada aparat jika menemukan indikasi penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekitar.
Ponorogo Siap Jadi Garda Depan
Sementara itu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyampaikan apresiasi atas langkah cepat Bakesbangpolinmas Jatim yang dinilainya sebagai mitigasi dini untuk menjaga generasi muda dari bahaya narkoba dan radikalisme.
“Kami berterima kasih kepada Ibu Gubernur melalui Bakesbangpol. Ini langkah mitigasi sejak dini untuk mencegah penyalahgunaan narkotika, radikalisme, dan premanisme,” kata Sugiri.
Bupati yang akrab disapa Kang Giri itu juga menekankan pentingnya kolaborasi antara guru, orang tua, dan lingkungan sosial sebagai benteng utama generasi muda.
“Guru, orang tua, dan lingkungan harus berpikir bersama. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus menjadi ekosistem yang kompak menjaga anak-anak kita,” tegasnya.
Dengan sinergi berbagai pihak, baik pemerintah, pendidik, maupun masyarakat, Jawa Timur berharap dapat menekan laju penyalahgunaan narkoba dan paham radikal sejak dari akar. Karena, seperti ditegaskan Eddy Supriyanto, “perang melawan narkoba dan radikalisme adalah perang mempertahankan masa depan bangsa.”
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!