Jakarta – Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menyebut sejumlah pondok pesantren diduga kuat telah berafiliasi dengan jaringan teroris Jamaah Islamiyah.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono mengatakan bahwa tim Densus 88 Antiteror Polri telah memetakan dan mengawasi kegiatan di ponpes-ponpes tersebut.
“Densus telah memetakan ini dan mengawasi beberapa ponpes yang diduga kuat berafiliasi dengan JI,” kata Rusdi di Kantor Bareskrim Polri, dalam keterangannya, Rabu (30/12).
Polri mensinyalir organisasi teroris JI merekrut para lulusan terbaik di berbagai pondok pesantren untuk menjadi calon anggotanya.
Ia mengatakan pihaknya juga bekerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk melakukan pengawasan terhadap pondok pesantren tersebut. Namun, dia enggan membeberkan lebih lanjut terkait pondok pesantren yang dicurigai berafiliasi dengan jamaah Islamiyah.
“Jadi ditanyakan apakah pondok pesantren itu di Jawa atau di luar Jawa, kenyataannya memang ada di Jawa dan juga di luar Jawa seperti itu. Yang pasti rekan-rekan densus 88 telah memetakan pondok pesantren-pondok pesantren yang diduga berafiliasi dengan JI,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) diduga telah menggelar operasi perekrutan generasi muda sejak 2011 lalu. Total ada 7 angkatan yang berhasil bergabung ke organisasi terlarang tersebut.
“Bahwa perekrutan generasi muda JI sudah sejak tahun 2011 kemudian ada 7 angkatan dengan total 96 orang,” kata Kadiv Humas Polri Irjen pol Argo Yuwono di Mabes Polri, Jakarta, Senin (28/12/2020).
Ia menyatakan organisasi JI memang sengaja mengincar santri sejumlah pondok pesantren yang berprestasi dengan peringkat prestasi minimal 10 besar. Namun juga, ada santri yang dilihat dari mentalnya.
“Dia punya jaringan pondok pesantren JI yang diambil 10 besar itu. Kemudian direkrut tidak semua 10 besar ya. Tetapi ada yang dipilih dilihat bagaimana dia mentalnya, bagaimana posturnya dan bagaimana dia ideologinya,” ungkapnya.