Polri, TNI, dan BIN Harus Waspadai Ancaman Teroris di Asian Games

Jakarta – Ketua Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo, meminta Polri, TNI dan BIN meningkatkan kewaspadaannya karena adanya migrasi teroris dari Irak dan Suriah ke Asia Tenggara. Migrasi terorisme tersebut bisa menjadi ancaman dua event besar berskala internasional yang akan berlangsung di Indonesia pada 2018.

Dikatakan, kedua event besar berskala internasional yang dimaksud adalah Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang. Kemudian Pertemuan Tahunan Bank Dunia-IMF di Bali pada Oktober 2018. Kedua event besar berskala internasional itu harus bebas dari ancaman teroris.

“Pada event besar berskala internasional, selalu saja ada potensi gangguan keamanan, termasuk teror dari kelompok terorisme. Selalu saja ada kelompok yang menebar ancama untuk mendapatkan perhatian dunia internasional. Potensi gangguan itu harus bisa diminimalisir demi kredibilitas bangsa dan negara,” kata Bambang Soesatyo dalam keterangannya kepada ‘Damailahindonesiaku.com’ di Jakarta, Minggu (3/12/2017).

Dalam konteks itu, dia menggarisbawahi pernyataan Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein. Menhan Malaysia mengingatkan bahwa kelompok atau sel-sel teroris di kawasan Asia Tenggara sudah bertindak sebagai pelindung bagi para militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang melarikan diri Irak dan Suriah.

“Kelompok teroris yang dimaksud Menhan Malaysia adalah Abu Sayyaf, Jemaah Islamiyah (JI), dan Muhajhidin. Kelompok teroris ini telah menyediakan tempat perlindungan bagi para pelaku teror yang melarikan diri dari Mosul, Aleppo dan Raqqa,” jelasnya.

Diungkapkan, apa yang dikemukakan Menhan Malaysia itu tentu bukan informasi baru bagi Polri, TNI dan BIN. Namun, tetap layak diterima untuk menyegarkan ingatan dan kewaspadaan nasional, mengingat Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018 dan pertemuan Bank Dunia-IMF.

“Dua event itu akan menyedot perhatian dari komunitas internasional. Anggota sel-sel teroris di Asia Tenggara pun akan memberi perhatian pada dua event besar itu. Lazimnya, dalam event-event besar seperti itu, mereka akan mencari celah atau kesempatan untuk menunjukan eksistensi mereka. Tidak tertutup kemungkinan jika mereka pun membidik dua event besar di Indonesia itu,” terang dia.

Kemungkinan itu, patut dikaitkan dengan ambisi kelompok teroris yang ingin membangun basis ISIS di Asia Tenggara. Setelah dilumpuhkan di Irak dan Suriah, bukan tidak mungkin mereka semakin menggebu-gebu merealisasikan basis ISIS di kawasan ini.

“Pergerakan anggota sel-sel teroris di kawasan ini masih sangat aktif. Awal November 2017 misalnya, pihak berwenang Filipina telah menangkap seorang WNI yang diduga ingin bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf di Marawi, Filipina Selatan,” pungkasnya.