Jakarta – Polri mengungkap ada upaya dari pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora untuk menyerahkan diri ke aparat. Namun diduga, ia mendapat tekanan dari anggota kelompoknya yang lain terkait dengan keamanan keluarganya.
“Segala kemungkinan terjadi seperti itu di sana. Ada usaha untuk menyerahkan diri, dan sebagainya,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Rusdi Hartono, dikutip cnnindonesia, Senin (24/5).
Namun demikian, dia belum menuturkan lebih lanjut mengenai upaya-upaya yang tengah dilakukan kepolisian untuk membasmi kelompok teroris MIT dari wilayah Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Rusdi menjelaskan, bahwa hal tersebut pun tengah didalami oleh anggota TNI-Polri yang tergabung dalam operasi gabungan Satgas Madago Raya.
“Yang jelas, dari operasi itu diharapkan bisa selesaikan kasus MIT. Kelompok-kelompok Ali Kalora harus diselesaikan di daerah Poso dan sekitarnya,” ujar Rusdi.
Diketahui, Ali Kalora merupakan pimpinan MIT Poso yang telah diburu selama lima tahun. Dia menggantikan posisi Santoso alias Abu Wardah yang tewas ditembak oleh Satuan Tugas Operasi Tinombala pada 18 Juli 2016.
Operasi Madago Raya, yang sebelumnya bernama Tinombala, dibentuk untuk melumpuhkan dan menangkap jaringan teroris MIT yang dipimpin Santoso. Santoso telah tewas setelah baku tembak dengan satuan tugas Tinombala pada 18 Juli 2016. Posisi Santoso kemudian diisi oleh Ali Kalora.
Operasi ini melibatkan gabungan pasukan Polri-TNI untuk meringkus sisa-sisa teroris kelompok Santoso di Poso. Belakangan, Satgas Madago Raya melibatkan Kopassus TNI AD dan Brimob Polri untuk memburu sejumlah teroris tersisa dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora itu.