Polri: 10 Persen Mantan Napiter di Indonesia Masih Kembali Lakukan Aksi Teroris

Lamongan – AKBP Suhaimi dari Baintelkam Mabes Polri mengatakan mantan terpidana teroris di Indonesia yang sudah menjalani hukuman tercatat kurang lebih 600 orang, dan 60 orang diantaranya masih melakukan aksi terorisme, Ada sekitar 10 persen yang mengulangi kembali.

Dikutip dari Senayanpost com, mantan napiter yang masih memilih melakukan aksi serupa hingga sampai menggiringnya kembali ke jeruji besi banyak faktor yang menyebabkan itu terjadi. Selain karena faktor dendam, penyebabnya lainnya adalah karena merasa mendapat dukungan selain pemahaman idelogi juga karena dukungan finansial.

“Mantan teroris yang keluar dari penjara ada yang disambut dengan jaringan lamanya, yang kemudian memberi dukungan secara finansial dan sosial,” ujar Suhaimi, di acara deklarasi Kamtibmas para mantan Napiter yang tergabung di Yayasan Lingkar Perdamaian Tenggulun Kec Solokuro Lamongan, Jawa Timur, Minggu (31/3/2019)

Bahkan cara Mabes Polri mendekati mereka secara presuasif untuk meminimalisir atau bila perlu jangan sampai terjadi lagi. Karena peristiwa yang sudah itu menjadi pelajaran dan acuan. Sehingga mereka harus mendukung program yang baik.

Baca juga : Cegah Sikap Radikal, Siswa MTs Negeri 9 Bantul Ditanamkan Sikap Toleransi Keberagaman

Hal itu menurutnya penting dilakukan, karena pencegahan lebih baik dari pada menangani yang sudah terjadi.

“Kita terus berupaya melakukan pembinaan dengan pendekatan preventif, salah satunya dengan melakukan pembinaan untuk meminimalisir agar mereka tidak kembali lagi melakukan aksi serupa,”kata Suhaimi.

Untuk meminimalisir mereka melakukan tindakan terorisme itu, tentu semua komponen harus terlibat. Baik masyarakatnya, aparatnya, pemerintahanya. “Butuh semua pihak untuk dilibatkan dalam hal pencegahan ini,”ungkapnya.

Dijelaskan, salah satu kegiatan pencegahan yang dilakukan oleh Mabes Polri salah satunya bersilaturahmi dengan para mantan napiter yang tergabung dalam Yayasan Lingkar Perdamaian di Lamongan, yang akan direncanakan Senin (1/4/2019), dalam rangka untuk menyamakan persepsi di tahun politik jelang Pemilu pada 17 April 2019 mendatang.

Ia mengapresasi sebagian dari mantan napiter di Indonesa, sudah punya wadah dan melakukan kegiatan positif, sebut saja Yayasan Lingkar Perdamaian di Solokuro Lamongan, dan Yayasan Jalin Perdamaian di Aceh.

Tentu mereka yang sudah tergabung di dua yayasan perdamaian itu, harus ada kegiatan positif agar mereka tidak kembali lagi ke jaringan lamanya.

“Bagaimana mereka terus kita dorong punya aktifitas salah satunya dengan bekerja secara mandiri, menciptakan lapangan pekerjaan di bidang UMKM dan lainnya,” jelasnya.