Paris – Operasi gabungan kepolisian antiteror Perancis dan Swiss, berhasil menangkap 10 orang terduga terkait kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Sembilan orang ditangkap Kepolisian Prancis dan satu orang lainnya ditangkap Kepolisian Swiss yang merupakan wanita asal Kolombia berusia 23 tahun.
Seperti dilaporkan kantor berita ‘reuters’, Rabu (8/11/2017), sembilan orang yang ditangkap di Perancis, merupakan hasil penggerebekan yang dilakuka serentak di sejumlah lokasi di pinggiran Paris. Termasuk di area yang berbatasan dengan Italia dan Swiss. Mereka yang ditangkap berusia antara 18 tahun hingga 65 tahun.
Kantor Jaksa Agung Swiss menyebut, dua tersangka yang ditangkap dicurigai memiliki keterkaitan dengan ISIS. Dua tersangka yang dimaksud adalah seorang wanita Kolombia berusia 23 tahun dan seorang pria Swiss berusia 27 tahun, yang ditangkap di Perancis. Keduanya disebut telah masuk dalam radar intelijen Swiss sebelum penangkapan dilakukan.
Surat kabar lokal Perancis, ‘Le Parisien’ melaporkan, ada kemungkinan penggerebekan itu dilakukan untuk menggagalkan sebuah rencana serangan. Namun saat ditanya soal penggerebekan antiteror terbaru, Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerard Collomb, menyebutnya sebagai operasi rutin.
“Ini merupakan bagian dari operasi yang dilakukan secara rutin. Di mana kita menangkap sejumlah orang yang kita anggap berbahaya,” kata Gerard Collomb yang sebelumnya menyebut ada 32 rencana serangan yang berhasil digagalkan dalam kurun waktu 2 tahun terakhir di Perancis.
Sumber dari Pengadilan Perancis menyebutkan, para tersangka diduga terlibat dalam jaringan teroris kriminal dan saling berkomunikasi via layanan chat online, Telegram, yang banyak digunakan para militan. Sedangkan otoritas Swiss dalam pernyataannya menyebut tersangka yang ditangkap diduga terlibat dalam aktivitas teroris dan bergabung dengan militan yang dilarang seperti Al-Qaeda dan ISIS.
Penangkapan tersangka terkait terorisme ini dilakukan sekitar seminggu setelah otoritas Perancis memberlakukan aturan keamanan nasional yang lebih ketat, untuk menggantikan wewenang darurat yang sebelumnya diberikan kepada kepolisian dan badan intelijen setempat.
Lebih dari 240 orang tewas dalam rentetan serangan teror di Perancis sejak awal 2015. Serangan-serangan itu dilakukan militan maupun orang-orang yang terinspirasi ISIS. Diketahui bahwa Prancis merupakan salah satu negara yang bergabung dalam operasi militer memerangi ISIS di Irak dan Suriah.