Polisi: Penikaman Uskuf Aksi Teroris Bermotif Agama

Sydney – Polisi Australia telah menyatakan penikaman di sebuah gereja
di Sydney pada Senin 15 April 2024 sebagai aksi teroris yang bermotif
agama. Seorang remaja laki-laki brusia 16 tahun ditangkap setelah
seorang uskup, seorang pendeta dan pengunjung gereja diserang saat
misa di Gereja Christ The Good Shepherd Asyur. Setidaknya empat orang
menderita luka yang “tidak mengancam jiwa”, kata polisi. Penyerangnya
juga terluka.

Insiden tersebut terekam dalam siaran langsung gereja dan dengan cepat
memicu kerusuhan di pinggiran kota Wakeley. Perdana Menteri Australia
Anthony Albanese telah mengadakan pertemuan darurat badan keamanan
nasional dan menyebut serangan itu “mengganggu”.

“Kami adalah negara yang cinta damai… Tidak ada tempat bagi
ekstremisme kekerasan.”

Pihak berwenang prihatin dengan peran media sosial, tambahnya,
termasuk publikasi video yang bisa sangat berbahaya, terutama bagi
generasi muda. Untuk meredam kekerasan lebih lanjut, ia mendesak
masyarakat tidak main hakim sendiri.

Berbicara kepada media pada Selasa (16/4/2024) pagi seperti dikutip
dari BBC, Komisaris Polisi New South Wales (NSW) Karen Webb mengatakan
uskup dan pendeta tersebut sedang menjalani operasi dan beruntung
masih hidup.

Uskup tersebut ditunjuk oleh media lokal sebagai Mar Mari Emmanuel.
Ditahbiskan pada tahun 2011, ia dipandang sebagai tokoh populer dan
kontroversial dan khotbahnya telah ditonton jutaan kali di media
sosial.

Polisi Australia mendefinisikan pelanggaran teror sebagai tindakan
yang dimotivasi oleh ideologi. Investigasi masih berlangsung, kata
Webb, namun para penyelidik yakin bahwa ini adalah kasus ekstremisme
agama.

Remaja tersebut diduga melontarkan komentar-komentar kepada uskup
ketika ia mendekat, yang berpusat pada agama, dan polisi percaya bahwa
melancarkan serangan selama kebaktian yang disiarkan langsung
dimaksudkan untuk mengintimidasi tidak hanya kepada umat paroki yang
hadir, tetapi juga umat paroki yang menonton online.

Komisaris Webb mengatakan tersangka bertindak sendirian, dan meski
diketahui polisi, dia tidak termasuk dalam daftar pengawasan teror.
Tersangka pelaku juga telah menjalani operasi setelah jari tangannya
terluka, kata polisi, namun tidak jelas apakah dia terluka dengan
senjatanya sendiri atau saat dia ditangkap oleh jemaat.