London – Istri Presiden Suriah Asma al-Assad, diselidiki oleh Kepolisian London, Inggris. Perempuan kelahiran Inggris itu diinvestigasi atas tuduhan mendukung terorisme. Jika terbukti, dia bisa dideportasi.
Dikutip dari Sky News, Minggu (14/3), Dewan Hakim Internasional Guernica menuding Asma “aktor berpengaruh” atas kejahatan internasional dan terorisme. Dikatakan, pemerintah Suriah bersalah atas pendekatan sistematis dalam membunuh warga sipil, termasuk menggunakan senjata kimia.
Kepolisian Metropolitan London menerangkan, jika buktinya cukup, Asma al-Assad harus dihadapkan pada pengadilan Inggris. Penegak hukum menyadari, mereka tidak bisa serta merta mencabut kewarganegaraan perempuan berusia 45 tahun itu.
“Itu tidak akan melayani kepentingan ratusan ribu korban sipil dalam konflik berusia 10 tahun,” jelas kepolisian.
Penyelidikan terhadap Asma dilakukan oleh Komando Kontra Terorisme, bagian dari Unit Kejahatan Perang. Mereka memutuskan menginvestigasi Ibu Negara Suriah tersebut setelah mendapatkan rujukan pada 31 Juli 2020.
Bulan maret ini menandai 10 tahun tenggelamnya Suriah ke dalam perang saudara. Sekitar 400.000 orang tewas, dan 6,5 juta mengungsi. Damaskus menyanggah melakukan kejahatan perang.
Asma lahir dan dibesarkan di kawasan barat London. Dia sempat bekerja sebagai bankir investasi di JP Morgan. Mantan kolega Paul Gibbs mengenang sosoknya sebagai orang yang tidak terlalu menonjol dan tampak normal.
Pada saat itu, dia sudah bertemu Assad. Setelah menemaninya menemui Pemimpin Libya Muammar Gaddafi, dia menikahi sang presiden.
Ayman Abdelnour, mantan teman sekaligus penasihat Assad menerangkan, evolusi yang dilakukan Asma sangatlah kompleks.