Jayapura – Tokoh agama di Papua meminta polisi segera mengumumkan hasil investigasi kasus dugaan terorisme di Kabupaten Jayapura, Papua. Hasil investigasi itu diharapkan bisa diumumkan polisi sebelum perayaan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 di Bumi Cenderawasih.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) Provinsi Papua, Tony Wanggai mengatakan polisi harus bisa segera menginvestigasi sampai ke akar-akarnya, termasuk menjelaskan asal-usul KWN, terduga terorisme yang ditangkap polisi di Perumahan Doyo, Sentani, Kabupaten Jayapura pada Kamis (5/12) pekan lalu. Terlebih, polisi masih memburu sisa anggota jaringan teroris KWN di Papua.
Tony Wanggai berharap polisi mampu mengungkap jaringan terorisme yang melibatkan KWN. Wanggai berharap polisi dapat menjelaskan apakah jaringan KWN bagian dari kelompok jamaah Ansharut Daulah yang memiliki jaringan sampai ke Islamic State of Iraq and Syam (ISIS), ataukah termasuk jaringan terorisme yang lain.
“Selama ini kelompok yang berpaham radikal sudah ada di Papua. Akan tetapi, [penangkapan] kelompok teroris ini mengagetkan kami semua. Kami minta polisi segera mengungkap kelompok ini dari mana,” kata Tony Wanggai di Jayapura, Senin (9/12).
Wanggai mengaku khawatir Bumi Cenderawasih menjadi target gerakan terorisme, karena Papua jauh dari pusat kekuasaan di Jakarta. Apalagi di Papua terdapat beberapa perusahaan internasional.
“Jadi, kalau terjadi aksi terorisme tentu akan mengganggu kegiatan bisnis, dan [aksi itu] akan menjadi isu internasional. Ini yang perlu dijaga baik. Saya harap pihak kepolisian bisa segera mengungkap kasus itu, dan mendeteksi kira-kira siapa dan apa gerakan ini sebenarnya,” ujar Wanggai yang juga merupakan anggota Kelompok Kerja (Pokja) Agama Majelis Rakyat Papua (MRP).
Wanggai menyatakan PW NU Provinsi Papua bisa bekerja sama dengan polisi untuk mencegah berkembangnya jaringan teroris di Papua. “Kami umat islam, khususnya NU bisa bekerja sama dengan pihak penegak hukum untuk bagaimana bisa mengantisipasi gerakan-gerakan ini agar tidak berkembang di Bumi Cenderawasih,” sambungnya.
Dirinya juga meminta intelijen bisa lebih memahami berbagai gerakan keagamaan trans nasional di dunia, terutama yang masuk ke Papua.
“Ini yang kadang kami lihat kekurangan intelejen [dalam memahami] gerakan keagamaan. Karena kita tidak memahami, lalu mengizinkan gerakan itu melakukan dakwah atau tabligh akbar dengan isi ceramah ujaran kebencian, merusak kerukunan, dan melawan negara,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Pendeta Dorman Wandikbo mengapresiasi kesigapan aparat dalam menangkap terduga teroris di Sentani, Kabupaten Jayapura pada Kamis (5/12) pekan lalu. Dia berharap situasi keamanan Papua kondusif menjelang Natal dan Tahun Baru.
“Pihak keamanan sebenarnya sudah tahu ada (terduga) teroris di Tanah Papua. Karena itu, mereka seharusnya langsung cegah agar tidak merusakan kedamaian Natal,” kata Wandikbo.
Wandikbo mengaku dugaannya tentang keberadaan jaringan teroris itu merujuk kepada pernyataan resmi polisi. Polisi sudah pernah mengindikasikan adanya jaringan teroris di Papua, namun gerakannya masih terselubung.
”Jika keberadaan mereka ini memang sudah diketahui (terdeteksi), pihak keamanan harus bertindak. Jangan sampai teroris beraksi terlebih dahulu,” tegas Wandikbo.