Polda DIY Perkuat Ketahanan Personel Hadapi Radikalisme: Dari Pembinaan hingga Kisah Eks Napiter

Yogyakarta – Komitmen Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam menjaga keutuhan bangsa kembali ditegaskan melalui kegiatan pembinaan bertema penanggulangan dan pencegahan radikalisme serta intoleransi, yang digelar di Hotel Griya Persada, Kamis (23/7/2025).

Kegiatan ini dibuka langsung oleh Karo SDM Polda DIY, Kombes Pol Uri Nartanti Istiwidayati, S.I.K., M.Si., yang menegaskan pentingnya memperkuat ketahanan ideologis personel dalam menghadapi ancaman ekstremisme yang dapat mengancam persatuan nasional.

“Kami ingin memastikan setiap anggota Polda DIY memiliki pemahaman yang kuat tentang bahaya paham radikal dan mampu menjadi pelindung nilai-nilai kebangsaan di tengah masyarakat,” ujar Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Ihsan, S.I.K.

Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber strategis. Salah satunya adalah Guru Besar Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim, S.Ag., M.Ag., yang membawakan materi “Mengantisipasi Gerakan dan Faham Radikalisme serta Intoleransi.”

Dalam paparannya, Prof. Mustaqim mengingatkan bahwa aparat kepolisian memiliki peran sentral dalam menjaga stabilitas ideologi negara.

“Penyebaran paham radikal tidak hanya mengancam keamanan, tetapi juga merusak fondasi kebangsaan kita. Polisi bukan hanya penegak hukum, tapi juga penjaga nilai,” tegasnya.

Selain pendekatan akademik, sesi dari perwakilan Densus 88 Anti Teror memberikan perspektif operasional terkait strategi pencegahan dan penanganan terorisme di Indonesia. Narasumber menjelaskan pentingnya pendekatan lunak (soft approach) dalam program deradikalisasi, di samping penegakan hukum secara tegas.

“Menangani terorisme tak cukup hanya dengan penindakan. Pencegahan dan deradikalisasi adalah pilar penting dalam strategi kami,” ujar perwakilan Densus 88.

Salah satu bagian paling menggugah dalam kegiatan ini adalah testimoni dari Ustadz Jack Harun, mantan narapidana teroris pelaku Bom Bali 1. Ia membagikan kisahnya tentang keterlibatan dalam aksi teror dan bagaimana proses deradikalisasi — dengan dukungan keluarga dan aparat — membawanya kembali pada komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Dulu saya percaya bahwa kekerasan adalah jalan perjuangan. Tapi deradikalisasi membukakan mata saya, bahwa cinta pada negara dan sesama manusia jauh lebih kuat dari kebencian,” ungkap Jack, yang kini aktif dalam kampanye damai.

Melalui kegiatan ini, Polda DIY berharap seluruh personel tidak hanya siap menghadapi ancaman ideologi menyimpang, tetapi juga mampu berperan sebagai agen perubahan yang menyuarakan toleransi dan persatuan di tengah keberagaman Indonesia.

“Ke depan, setiap anggota harus menjadi simbol perdamaian dan penguat semangat Bhinneka Tunggal Ika,” pungkas Kombes Ihsan.