Semarang – Generasi muda terutama pelajar harus paham cara-cara
kelompok radikal terorisme yang mengancam masa depan mereka. Terutama
ancaman radikal terorisme yang menyasar di lingkungan pendidikan.
Pasalnya, bila terlena dan terpapar, dipastikan masa depan generasi
muda akan hancur.
“Saat ini ada tiga dosa besar yang dihadapi dunia pendidikan kita
yaitu intoleransi, kekerasan, dan bullying. Ini harus dibersihkan dari
lingkungan sekolah. Soalnya tiga dosa besar inilah yang bisa membawa
peserta didik terpapar radikal terorisme,” ujar Redaktur Pelaksana
Pusat Media Damai (PMD) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
Repubik Indonesia Abdul Malik, MA, saat memberikan pembekalan sekitar
600 pelajar SMA dalam kegiatan “Sekolah Damai” di SMAN 3 Semarang,
Selasa (21/5/2024).
Lebih lanjut, Abdul Malik untuk menguatkan imunitas, sikap toleransi
di sekolah harus terus diperkuat. Menurutnya toleransi bukan sekadar
mengakui orang berbeda, tetapi menjamin hak-hak mereka, seperti bila
seseorang ingin jadi pemimpin, kemudian bila seseorang ingin
mendirikan rumah ibadah.
“Itu hak mereka. Bukan itu saja, toleransi juga menjamin hak sosial
yang dimiliki oleh orang lain. Contohnya hak sebagai seorang Muslim,
hak sebagai orang Kristen, HIndu, atau Buddha. Toleransi itu sangat
penting karena sebagai modal utama membangun perdamaian,” ungkapnya.
Abdul Malik juga menguraikan poin-poin kenapa anak muda mudah terpapar
intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Pertama mencari identitas,
kemudian rasa ingin memiliki anak muda sangat tinggi. Selanjutnya anak
muda merasa kondisi tidak adil sehingga ingin berbuat untuk mengubah
tatanan yang ada. Anak seperti itulah yang mudah direkrut menjadi
teroris.
Faktor lainnya, lanjutnya, anak muda ingin terlihat gagah dan hebat.
Bahkan konon motivasi anak-anak muda Suriah yang menjadi teroris
berawal dari keinginan mereka melakukan selfi di depan tank sambil
nenteng senjata.
“Terakhir karena terpengaruh dari media sosial. Ini harus benar-benar
dipahami adik-adik pelajar agar memiliki ketahanan melawan tiga dosa
besar pendidikan,” ucap Malik.
Pada kesempatan itu, Abdul Malik banyak memaparkan berbagai fenomena
intoleransi, radikalisme, dan terorisme, di kalangan anak muda.
Termasuk kasus-kasus terorisme yang dilakukan anak muda karena
terpapar melalui media sosial dan lain sebagainya.
“Sekolah Damai” di SMAN 3 Semarang adalah rangkaian program keempat
yang digelar BNPT RI melalui Subdit Konta Propaganda Direktorat
Pencegahan. Sebelumnya “Sekolah Damai” telah digelar di SMAN 1 Palu,
SMAN 3 Serang Banten, dan Ponpes Darussalam Blokagung Banyuwangi.
“Sekolah Damai” di Semarang hasil kolaborasi BNPT RI, Kanwil
Kemendikbudristek Jawa Tengah, dan Duta Damai Jateng.