Paris – Perdana Menteri Perancis yang baru diangkat, Jean Castex, berjanji akan menegakkan sekulerisme di Prancis. Ia berkomitmen untuk melawan segala bentuk radikalisme dan terorisme.
Castex mengatakan kepada Majelis Nasional bahwa Prancis sedang terguncang hingga fondasinya oleh musuh-musuhnya seperti terorisme, teori konspirasi, separatis, dan komunitarian. Untuk mengatasi masalah itu, Undang-Undang baru untuk memerangi separatisme akan diperkenalkan setelah liburan musim panas.
Peraturan tersebut, menurut Castex, bertujuan untuk menghindari kelompok-kelompok tertentu yang sangat tertutup di sekitar identitas etnis atau agama. Dia pun menegaskan akan bertindak keras terhadap demonstran dan kejahatan kecil yang menghasilkan kekerasan. Kepolisian akan mendapatkan sumber daya untuk mengatasi tersebut.
Dikutip dari Aljazeera, upaya Castex sejalan dengan ide dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Baru-baru ini, dia memperingatkan bahwa gerakan anti-rasis diambil alih oleh separatis, setelah demonstrasi menentang kekerasan polisi dan rasisme di Paris.
Hakim lokal akan ditunjuk untuk memastikan perilaku anti-sosial sehari-hari dihukum dengan cepat. Beberapa anggota minoritas Muslim Perancis merasa bahwa sekulerisme negara itu diarahkan kepada mereka, meskipun Macron sendiri telah mengutuk pendekatan memecah belah.
Kepala Komite Keadilan dan Kebebasan Untuk Semua Prancis, Yasser Louati, menyatakan penggunaan istilah “separatisme” oleh Castex ditunjukan dan secara khusus menargetkan Muslim yang mobilisasi menentang rasisme dan Islamofobia sehingga menyinggung masyarakat konservatif.
“Penggunaan istilah ‘separatisme’ baru-baru ini oleh Emmanuel Macron menandai peningkatan baru dalam Islamofobia yang disponsori negara dalam hal itu melanggengkan fantasi musuh di dalam, sama seperti yang dilakukan Prancis dengan Yahudi di masa lalu,” kata Louati.