Baghdad – Perdana Menteri Irak, Haider Al-Abadi meramalkan kekalahan total petempur Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di negara tersebut pada tahun ini. Dia memuji kemenangan pasukan keamanan Irak atas kelompok ISIS, terutama dalam serangan terakhir di kantung Hawijah di bagian barat Provinsi Kirkuk, yang memiliki campuran etnik di Irak.
Hal itu terungkap dalam pengumuman yang ditayangkan televisi setelah pertemuan mingguan kabinet, Selasa (10/10/2017) waktu setempat. “Pasukan gabungan Irak membebaskan daerah di dekat Hawijah yang tidak terjangkau oleh pasukan lain sejak era rejim lama,” kata Al-Abadi seperti dikurtip dari kantor berita Reuters Rabu (11/10/2017).
Pernyataan Al-Abadi dikeluarkan saat pasukan keamanan Irak melancarkan serangan untuk mengusir anggota ISIS dari Kota Hawijah dan daerah sekitarnya di Kirkuk Barat. “Hari ini ketakutan menyelimuti Daesh (kelompok ISIS) di mana pun mereka berada di Irak, dan sebagaimana dijanjikan tahun ini akan menjadi akhir dari kelompok teror ISIS di Irak,” jelasnya.
Operasi untuk membebaskan Hawijah dilancarkan saat ketegangan tinggi antara Pemerintah Baghdad dan Wilayah Semi-Otonomi Kurdistan setelah wilayah itu menyelenggarakan referendum kontroversial mengenai kemerdekaan Wilayah Kurdistan dan daerah sengketa di Provinsi Kirkuk, yang kaya akan minyak, dan beberapa bagian Provinsi Nineveh, Diyala serta Salahudin.
Mengenai krisis referendum dengan wilayah semi-otnomi Kurdi, Al-Abadi kembali menegaskan pendirian Baghdad untuk tidak membahas referendum dengan siapa pun atau berunding sebelum hasil referendum tersebut dibatalkan. “Kami tak bisa berdiri dengan berpangku tangan di hadapan upaya untuk memecah persatuan negeri ini. Setiap dialog mesti dilandasi atas persatuan Irak, undang-undang dasar dan penolakan terhadap referendum,” kata Al-Abadi.
Referendum tersebut ditentang banyak pihak sebab itu akan mengancam persatuan Irak dan tindakan tersebut bisa merusak perang melawan ISIS. Negara-negara tetangga seperti Turki, Iran dan Suriah juga memandang tindakan semacam itu akan mengancam keutuhan wilayah mereka, sebab banyak orang Kurdi tinggal di ketiga negara tersebut.
Al-Abadi juga menyeru pasukan keamanan Kurdi, yang dikenal dengan anam Peshmerga, agar tidak bentrok dengan pasukan federal di daerah sengketa (yang terutama dikuasi oleh Peshmerga), sebab tanggung jawab keamanan adalah tugas pemerintah federal.