Jakarta – Kapolri Jenderal (Pol) Drs. M Tito Karnavian, MA, PhD dan Kepala BNPT Komjen (Pol) Drs. Suhardi Alius saling puji dalam acara pisah sambut Kepala BNPT di Restoran Nelayan, Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Sabtu (23/7/2016). Selain itu, keduanya juga siap saling mendukung dalam menangani dan menanggulangi terorisme di Indonesia.
Selain Kapolri dan Kepala BNPT bersama ibu, acara tersebut dihadiri seluruh pejabat eselon I, II, III BNPT RI, Imam Besar Masjid Istiqlal, para tim Ahli BNPT, dan para staf BNPT.
“Sehari setelah dilantik, pak Suhardi Alius langsung turun ke lapangan ke Poso. Kemudian, ia juga langsung menggelar rapat dengan seluruh jajaran BNPT untuk melakukan koordinasi. Itu artinya, beliau adalah sosok yang terbaik untuk menduduki jabatan ini. Apalagi beliau bukan orang baru dalam urusan terorisme. Intinya, saya optimis pak Suhardi Alius bakal membawa BNPT lebih baik kedepannya,” ujar Jenderal Tito mengawali sambutannya.
Pada kesempatan itu, sebagai mantan Kepala BNPT, Jenderal Tito mengungkapkan bahwa tugas BNPT ke depan pasti sangat berat. Lagi-lagi ia tidak ragu sama sekali dengan Komjen Suhardi Alius.
“Ke depan tugas BNPT sangat berat untuk terus meningkatkan kewaspadaan dalam pencegahan terorisme. Karena itu BNPT harus meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan berbagai lembaga guna mendeteksi dini paham radikal. Saya yakin Pak Suhardi Alius mampu menjawab tantangan ini, apalagi beliau didukung jajaran BNPT yang sudah sangat kuat dalam urusan counter terrorism,” kata Kapolri.
Jenderal Tito menilai, mulai dari organisasi di BNPT saat ini sudah bisa diandalkan untuk menjalankan fungsi dan wewenang BNPT dalam penanggulangan terorisme di Indonesia. Mulai dari Sestama Mayjen TNI R. Gautama Wiranegara, Deputi I Mayjen (TNI) Abdul Rahman Kadir, Deputi 2 Irjen (Pol) Arief Dharmawan, dan Deputi 3 Irjen (Pol) Petrus Golose beserta seluruh jajarannya adalah figur-figur andalan sesuai bidangnya masing-masing. Ini menjadi modal yang siap mendukung Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius menjalankan tugas-tugas penanggulangan terorisme.
“Saya tahu betul pak Sestama Mayjen Gautama Wiranegara. Begitu juga dengan Deputi I Mayjen Abdul Rahman Kadir dengan program-program pencegahan, perlindungan, dan deradikalisasinya yang sudah bagus. Kemudian Deputi II Irjen Arief Dharmawan sangat ahli di bidang penegakan hukum dan pembinaan kemampuan. Tidak ketinggalan dengan Deputi III Irjen Petrus Golos yang piawai dalam menjalin lobi dan kerjasama internasional,” papar Jenderal Tito.
Jenderal Tito tak lupa menyinggung soal perkembangan ISIS. Menurutnya “ISIS merupakan gelombang kedua kelompok teroris global yang harus terus kita waspadai. Kemunculan ISISI mendatangkan kebaikan, karena menguatkan ikatan internasional antar sesama negara dalam bekerjasama menumpas aksi kekekerasan yang sudah menghantui dunia global” sambungnya.
Menanggapi pernyataan Kapolri, Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius mengaku nyaman masuk ke BNPT. Kalau Sestama-nya jagoan, Deputi-Deputi-nya jagoan, Densus jagoan, Kapolri jagoan, apalagi pekerjaan Kepala BNPT ini. Jadi saya nyaman masuk ke BNPT karena semua jagoan, saya tinggal memenej saja,” kata Komjen berseloroh.
Sebelum berkomentar jauh tentang BNPT, Komjen Suhardi Alius ingin mengomentari Jenderal Tito secara pribadi, sebagai senior dan junior saat masih pendidikan di Akpol dan saat beriringan menjalankan tugas di kepolisian. Ia mengaku memiliki kesan mendalam tentang kecerdasan dan kepiawaian juniornya, Tito Karnavian.
Saat masih di Akpol tahun 1984 dan 1985, Suhardi Alius masih berpangkat Mayor Satu, sedangkan Tito Karnavian masih sersan taruna. “Adik saya yang satu ini memang luar biasa sejak awal. Mungkin bu Tito belum tahu cerita ini. Kalau upacara ada pembacaan pembukaan UUD 1945, pengucapan Sapta Marga jaman dulu, sumpah prajurit, dan tribrata. Kebetulan saya Kasi 3 ditanya mampu nggak taruna membaca pembukaan tanpa teks. Saya jawab mampu pak. Siapa orangnya? Tito Karnavian. Itu khan panjang, tapi tidak salah sama sekali. Itulah Tito Karnavian yang saat itu masih sersan taruna,” ungkap Komjen Suhardi Alius.
Menurut Komjen Suhardi Alius, dari progres yang dicatatkan seluruh senior respek dengan Tito Karnavian. Kemudian saat 1988 awal, Jakarta Fair masih di Monas. “Saat itu saya dinas di Bandung dan ke Jakarta hanya untuk ke Jakarta Fair. Di dekat pos polisi saya ketemu dengan Tito Karnavian dengan menenteng orang yang sangat besar. Apa ini To? Copet pak jawab Tito sambil nyeker kakinya. Saya berpikir orang sebesar ini bisa ditenteng Tito Karnavian pasti sudah dilumpuhkan dulu. Gak mungkin orang besar bisa tunduk dengan orang yang kecil. Mungkin bu Tito belum mendengar cerita ini,” cerita Komjen Suhardi Alius yang disambut tepuk tangan meriah seluruh hadirin.
Terkait tugas BNPT ke depan, Komjen Suhardi Alius menyampaikan bahwa soliditas dalam tubuh BNPT tidak cukup dalam menumpas kejahatan global ini. “Kedepannya saya akan meningkatkan koordinasi dengan kementerian terkait guna penanggulangan terorisme secara massif. Saat ini saya telah komunikasi dengan menteri pendidikan dan menteri agama soal kerjasama pencegahan paham radikal-terorisme di Indonesia” pungkasnya