Jakarta – Masyarakat diminta untuk tetap waspada dari provokasi dan hoax (berita bohong), serta melakukan rekonsiliasi kebangsaan untuk mempererat persatuan bangsa, setelah Pilkada serentak 2018 berjalan lancar dan aman. Pasalnya, dinamika paska Pilkada yang berpotensi mengancam perpecahan, tidak kalah besar dibandingkan sebelum Pilkada.
“Kita harus bersyukur Pilkada serentak 2018 lancar dan aman. Tapi seluruh masyarakat jangan eforia, apalagi lengah, terhadap berbagai upaya-upaya yang berpotensi menimbulkan keributan. Jangan sampai situasi damai ini dimanfaatkan kelompok radikal untuk memprovokasi yang kalah untuk membuat kekerasan dan tindakan terpuji lainnya. Kalau ada kecurangan atau masalah lainnya, serahkan ke mekanisme hukum,” ujar pakar hukum Dr. Hamdan Zoelva, SH, MH, di Jakarta, Jumat (6/7/2018).
Mantan Ketua MK ini juga meminta kepada para kontestan dan masyarakat untuk melakukan rekonsiliasi pasca Pilkada tersebut. Rekonsiliasi ini adalah hal paling pokok dalam situasi seperti ini. Sekaligus menciptakan kesadaran terhadap masyarakat bahwa menang kalah adalah hal yang biasa dalam proses pemilihan umum itu.
“Dalam Pilkada itu sudah pasti ada menang kalahnya. Jadi siapapun yang terpilih kita harus terima dia sebagai pemimpin. Mungkin kita tidak setuju dia menjadi pemimpin, tapi begitulah aturan main yang kita gunakan untuk memilih pemimpin. Walaupun tidak setuju tapi begituah kesadaran kita yang harus kita bangun, karena itu merupakan proses berdemokrasi,” jelasnya..
Untuk itu dirimya mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk membangun kerjasama dan saling memahami, meningkatkan toleransi, menghargai perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Itu adalah modal besar bangsa Indonesia untuk tetap bersatu sebagai bangsa. bangsa Indonesia.
“Tidak ada bangsa yang besar dan maju kalau rakyatnya itu terus berkelahi dan bertengkar. Jadi kalau kita maju maka kedamaian adalah syarat utama untuk kita maju. Maka mari kita pelihara kebersamaan kita sebagai bangsa, mari kita pelihara perdamaian dan keamanan kita bersama agar kita mampu bersaing dengan bangsa lain,” tutur mantan petinggi salah satu partai ini.
Secara umum, lanjut Hamdan, masyarakat Indonesia makin dewasa menjalani proses demokrasi. Ini harus diapresiasi. Pun situasi damai yang terjadi ini tidak lepas karena pengalaman Indonesia yang cukup panjang melaksanakan pemilihan umum. Namun kesadaran berdemokrasi harus terus dilakukan untuk perdamaian Indonesia.
Begitu juga kepada kontestan yang kalah, agar legawa dan tidak melakukan tindakan yang melanggar aturan. Pihak yang kalah atau merasa dirugikan bisa langsung membawa masalah itu kepada penegak hukum atau ke MK. Lebih lanjut peraih pasca sarjana dari Universitas Padjajaran ini menjelaskan, ajang Pilkada ini hanyalah proses demokrasi untuk menentukan siapa pemimpin pada 5 tahun mendatang, bukanlah persolan hidup atau mati seseorang. Untuk itu siapapun yang terpilih ataupun yang tidak terpilih harus bisa menjaga ketenangan, kedamaian dan kerukunan bagi masyarakat bangsa ini.
“Bahkan siapapun yang menang harus dapat merangkul yang kalah. Merangkul yang kalah itu juga penting. Karena dia terpilih bukalnlah untuk pemilihnya, tapi untuk seluruh rakyat yang ada di daerah itu. Itu harus dipahami bersama. Ini merupakan salah satu bentuk rekonsiliasi untuk menjaga keadamaian,” pungkas Ketua Umum Laznah Tanfidziyah Sarekat Islam ini.