Jakarta – Pihak Perguruan Tinggi mulai dari pimpinan, dosen dan staf diharapkan untuk tidak acuh terhadap para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di lingkungan kampusnya. Pihak kampus harus sering-sering mengontrol dan melakukan komunikasi dengan baik bersama para mahasiswanya agar para mahasiswa terhindar dari pengaruh paham radikalisme negatif seperti intolerasi, anti Pancasila, anti NKRI dan penyebaran paham-paham takfiri.
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs Suhardi Alius, MH, saat menjadi pembicara di hadapan sebanyak 2.817 mahasiwa baru di acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2018 Universitas Pancasila di Gedung Serba Guna Universitas Pancasila, Srenseng Sawah, Jakarta, Senin (27/8/2018).
“Karena komunikasi yang baik antara mahasiswa dan dosen tentunya akan menumbuhkan kepercayaan dan memudahkan kita untuk memerangi masalah radikalisme di lingkungan kampus. Sekarang ini sudah kelihatan responnya sangat luar biasa bagus dari mahasiswa baru Universitas Pancasila yang jumlahnya mencapai 2.817.ini,” ujar Komjen Pol. Drs Suhardi Alius
Dikatakan mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas RI ini, para mahasiswa juga harus bisa untuk ikut berperan serta seperti bisa mengidentifikasi dan bahkan memberikan solusi-solusi kepada guru atau dosennya jika menemukan hal-hal yang agak menyimpang yang ada di lingkungan kampus.
“Hati-hati dalam memilih mentor dan hati-hati juga dengan dosen. Jika menemukan sesuatu yang aneh aneh di kampus segera laporkan. Demikian pula dengan dosen, kami minta untuk tidak acuh terhadap mahasiswanya, tetapi dosen juga harus ikut berperan aktif untuk mendeteksi. Jika pihak kampus tidak bisa laporkan kepada kami (BNPT), nanti kami yang akan ikut asistensi,” ujar alumni Akpol tahun 1985 ini dalam paparannya
Menurutnya, jika terjadi hal yang tidak diinginkan misalkan terjadi penyebarnya radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus, maka Rektor juga patut disalahkan. “Beberapa waktu lalu saya juga sudah bilang sama Menristekdikti, peran rektor itu sangat besar, apa yang terjadi di kampus itu tanggung jawab rektor. Jika tidak mampu mengelola kampusnya, rektornya diganti saja,“ tuturnya.
Mantan Kapolda Jawa Barat ini mengakui kalau dirinya akhir-akhir ini sangat konsen untuk memberikan pembekalan kepada mahasiswa agar terhindar dari pengarus radikalisme negarif dan terorisme. Hal ini dikarenakan karena para mahasiswa ini adalah generasi penerus bangsa ini, sehingga harus diberikan pencerahan mengenai bagaimana mengidentifikasi dan bagaimana mahasiswa ini mengambil peran untuk melihat fenomena di sekitarnya, khususnya masalah masalah radikalisme di lingkungan pendidikan.
“Kalau hari Minggu kemarin saya di Itenas Bandung, lalu pekan lalu di Universitas Indonesia (UI) dan sekarang saya ada bicara di Universitas Pancasila. Adik-adik mahasiwa ini adalah orang-orang yang baru diterima dan tentunya dengan menjadi pionir-pionir yang baik ini kita bisa yakinkan bahwa terbebas dari hal-hal yang sifatnya negatif di lingkungan pendidikan,” ujar pria kelahiran Jakarta. 10 Mei 1962 ini.
Dijelaskan mantan Kepala Divisi Humas Polri ini, selama ini para mahasiswa ini selalu menjadi sasaran target ‘cuci otak’ dari para kelompok kelompok teroris. “ Ini karena para anak-anak muda ini emosionalnya masih belum stabil tetapi keinginan tahuannya terhadap sesuatu itu sangat tinggi. Jadi mahasiwsa ini salah satu sasaran kelompok-kelompok teroris untuk dia pengaruhi lalu akan direkrut,” ujar suami dari dr. Riri Nusrad Kanam ini .
Namun demikian mantan Wakapolda Metro Jaya ini memastikan bahwa kedepannya tidak hanya kaum mahasiswa saja yang akan diberikan pembekalan mengenai bahaya radikalisme dan terorisme. Kalangan guru-guru di sekolah, tokoh masyarakat dan juga para tokoh agama pun nantinya akan ia berikan pencerahan mengenai fonomena dan bahaya radikalise-terorisme.
“Tentu semuanya, bukan cuma mahasiswa saja. Saya sudah bicara dengan Mendibud, saya akan bicara di tataran guru-guru sekolah dan juga saya akan bicara kepada para tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk kita kasih pencerahan yang sama sehingga kita punya satu visi dan persepsi tentang masalah ini. Sehingga kita bisa bersama-sama mencegah paham paham radikalisme dan paham paham negatif lainnya agar tidak berkembang di tengah tengah masyarakat,” ujar mantan Kapolres Metro Depok dan Kapolres Metro Jakarta Barat ini mengakhiri
Sementara itu Rektor Uviversita Pancasila, Prof. Dr. Wahono Sumaryono, Apt, mengaku sangat senang atas kehadiran Kepala BNPT untuk memberikan pencerahan kepadasebanyak 2.817 mahasiswa baru di kampusnya tentang radikalisme dan terorisme terutama apa yang telah terjadi di Indonesia di wilayah regional dan global.
“Dengan penjelasan bapak Kepala BNPT tadi maka kita semua wajib mewaspadai. Tidak hanya bagi mahasiswa saja, tetapi juga civitas akademika. Karena radikalisme terorisme dan sebagainya itu bisa jadi sulit dideteksi kalau itu menjadi bagian dari ideologi,” ujar Prof. Dr. Wahono Sumaryono.
Menurutnya, berbagai langkah-langkah yang telah dilakukan Kepala BNPT bersama jajarannya selama ini dinilainya sangat konstruktif dan itu sangat bermanfaat bagi dirinya dan Universitas Pancasila pada khususnya.
“Beliau tadi dalam paparannya telah memberikan berbagai contoh mengenai bagaimana keberhasilan beliau untuk mengembalikan mereka mereka yang telah tercuci otaknya, yang telah tersesat dan kembali ke jalan yang benar,” ujarnya mengakhiri.
Beberapa pejabat negara tampak hadir dalam acara yang mengambil tema besar Membangun Kecerdasan Intelektual Berdasarkan Iptek dan Karakter Generasi Milenial Berlandaskan Nilai-Nilai Luhur Pancasila dalam Rangka Berkontribusi kepada Masyarakat, Bangsa dan Negara”. Diantaranya adalah anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar