Balikpapan- Negara-negara lain akan mengambil peluang atas kegaduhan seputar suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang terjadi belakangan di Tanah Air. Peringatan itu dikemukakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ketika memberikan paparan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Balikpapan, Senin (22/5/2017).
Panglima mengakui, isu SARA adalah senjata paling mudah dipakai untuk melakukan provokasi di Indonesia. “Mereka (asing) mengambil peluang, karena yang paling mungkin di Indonesia dengan cara SARA, yang paling mudah dengan cara agama melalui cara provokasi,” katanya.
Gatot mengatakan, saat ini hukum seolah diiraukan di Indonesia. Misalnya, soal penistaan agama. Penistaan agama merupakan pelanggaran hukum.
Namun di Tanah Air, penistaan agama bergeser pada isu SARA. Media sosial berperan besar atas fenomena itu. “Dimobilisasi seolah-olah isu SARA, bukan hukum lagi. Media sosial ini, bukan hanya dalam negeri ke luar negeri, ini mengadu domba,” tuturnya sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Menurut Panglima, Indonesia merupakan tempat strategis untuk perkembangan ekonomi dan hal itu diakui dunia bahwa Indonesia termasuk ‘the winning region’. Sejumlah ancaman menyerang Indonesia, di antaranya permasalahan kependudukan, energi, narkoba, terorisme, radikalisme, imigrasi, hingga media sosial.
Adapun soal ancaman media sosial, objek-objek yang dijajah seringkali tak menyadari bahwa dirinya dijajah. “Dan masuk sampai ke relung-relung rumah tangga, enggak bisa Bapak, Ibu mencegah anak-anaknya enggak pakai HP”.