Bukittinggi – Hari kedua acara pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2020 regional Sumatera Barat (Sumbar) yang digelar di Balai Sidang Bung Hatta, Hotel Novotel, Bukittinggi, Selasa (22/9/2020) lebih difokuskan pada pendalaman materi pada bidangnya masing-masing. Ke-49 orang peserta di bagi menjadi tiga kelompok yakni dari kalangan Programmer IT, Blogger/penulis dan Digital Komunikasi Visual/DKV yang selanjutnya akan diasuh dari tim Pusat Media Damai (PMD) BNPT.
Namun sebelum memasuki kegiatan pendalaman materi, para peserta mendapatkan sesi materi mengenai Bahayanya Paham Radikal Terorisme termasuk mengenali bagaimana Ideologi Terorisme yang Berbasis Keagamaan serta Pencegahan paham radikal terorisme melalui kearifan local.
Dimana ada tiga narasumber yang memberikan materi pada sesi tersebut yakni Dr. H. Muhammad Suaib Tahun, Lc, MA, selaku staf ahli PMD pada Kedeputian I bidang Pencegahan, Perlidnungan dan Deradikalisasi BNPT. Narasmber lain yakni Yahya Haidar selaku mantan narapidana kasus terorisme dan Agusrianto, SHI, MA, selaku perwakilan dari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) provinsi Sumbar.
Dr Suaib Tahir selaku pemateri pertama dalam kesempatan tersebut memberikan pengetahuan mengenai Radikalisme Terorisme yang dibungkus agama.. Lebih lanjut Dr. Suiab menjelaskan sejak runtuhnya khilafa Othmania dan ekspansi barat ke dunia timur, maka muncul gerakan baru di dunia timur untuk kembali menjadikan Islam sebagai salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah.
“Dari hal itulah fenomena ini mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan radikal ekstrim di kalangan umat Islam termasuk di indonesia, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir dan HT (Hizbut Tahrir) di Yordania,” ujarnya.
Pria yang selama 25 tahun pernah menjadi staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di Sudan ini juga menjelaskan mengenai Radikalisme dan Terorisme yang terjadi di dunia. Dimana menurutnya radikalisme terorisme adalah sebuah gerakan ideologi yang terorganisir menggunakan atribut tertentu baik politik, ideologi, agama atau suku dengan motif tertentu. Dimana kelompok radikal terorisme itu menggunakan kekerasan sebagai sarana untuk mencapai tujuannya.
“Lalu kelompok itu juga menanamkan doktrin secara ketat baik langsung maupun tidak langsung kepada setiap pengikutnya melalui pelatihan militer fisik dan spiritual. Kelompok itu juga berusaha merubah tatanan yang sudah eksis yang berbeda dengan keinginanannya serta menolak berbagai bentuk nilai universal seperti hak asasi manusia, dialog, damai, berkemajuan dan berperadaban,” ujar pria yang meraih seluruh gelar sarjananya dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini.
Dikatakan Suaib, selama ini masih banyak warga Indonesia termasuk diataranya para generasi muda yang suka bermain di dunia maya yang rentan terpapar paham radikal terorismeme, mengingat para pelaku terorisme terus intens melakukan penyebaran paham radikalisme melalui dunia maya atau media social.
“Masih ada generasi muda yang rentan terkena atau terpapar paham radikal terorisme melalui dunia maya. Tidak ada masyarakat yang tidak rentan radikalisme dan terorisme. Itu banyak buktinya, karena itu kami juga mengoptimalkan upaya sosialisasi, seminar, workshop dan lain-lain,” ujarnya
Pria yang juga Direktur Damar Institute yang bergerak dalam bidang Kontra Narasi dan Idiologi dari paham Radikal Terorisme ini meminta generasi muda duta damai agar berhati-hati bahwa media soaial ini banyak digunakan para kelompok-kelompok radikal terorisme ini untuk menyebarkan propaganda, hoax dan sebagainya yang dapat merusak persatuan.
“Nah duta damai ini yang memiliki tugas menyebarkan pesan-pesan perdamaian melalui dunia maya,” kata pria dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta ini mengakhiri.
Sementara itu Yahya Haidar selaku mantan napi kombatan terorisme yang pernah berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok radikal terorisme, dalam kesempatan itu menceritakan pengalaman pahitnya bisa terjerumus masuk ke kelompok tersebut.
Menurutbya, perekrutan anggota teroris sudah tidak menggunakan metode tatap muka langsung, tapi sudah bergeser dengan memanfaatkan jaringan teknologi media sosial. Yang mana tujuan utama kelompok radikal dalam menyebarkan informasi melalui media online adalah untuk melakukan Propaganda, Penyebaran Paham Radikalisme dan untuk melakukan Rekrutmen
“Dimana mereka mampu mengembangkan daftar calon atau simpatisan yang potensial melalui kelompok atau group online. Dari pengalaman saya saat proses radikalisasi ini sebelumnya banyak mendapatkan informasi tentang nama-nama website. Dimana saya saat itu aktif menjelajah di website yang sudah di rekomendasikan Bergabung ke dalam channel yang lebih tertutup,” ujar Yahya.
Untuk itu Yahya pun mengajak generasi muda Duta Damai Dunia Maya di Sumbar ini agar jangan sampai terpengaruh doktrin di media social atau mana pun, untuk menjadi jihadis berangkat ke Suriah.
“Saya berpesan kepada adik-adik Duta Damai ini untuk tidak mudah terpengaruh doktrin yang disebarkan di medsos atau mana pun untuk berangkat ke sana,” tegas pria asal Kabupaten Pasaman itu.
Dirinya mengaku sudah menyaksikan langsung kondisi di Suriah dan menilai, perang yang terjadi di negara itu, bukan konflik untuk membela Islam. Tetapi hanyalah kepentingan dari elit politik yang ingin berkuasa. “Bukan Islam yang dibela di sana. Tapi yang ada hanya kepentingan elit politik,” katanya mengakhiri..
Sementara itu Agusrianto, SHI, MA yang mewakili FKPT provinsi Sumbar memberikan materi tentang Pencegahan Paham Radikal Terorisme melalui Kearifan Lokal. Dikatakan Agusrianto, selama ini aksi terorisme tentunya bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila, khususnya sila pertama, Kketuhanan Yang Maha Esa dan sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Apalagi kalau aksi tersebut mengatasnamakan agama.
“Dengan adanya kejadian aksi terorisme ini tentu juga berdampak terhadap agama. Dimana terorisme yang mengatasnamakan agama, justru merugikan agama. Dimana negara Indonesia yang mayoritas Muslim merasa dicurigai, umat Islam dengan ciri tertentu juga dicurigai, organisasi keagamaan bahkan mendapat imej negatif,” ujar Agusrianto
Dikatakannya, dalam menghadapi persoalan paham radikal terorisme ini, apapaun agamanya, apapun orangnya tentunya sangat bertentangan dengan agama manapun. Apalagi Duta Damai Dunia Maya ini memiliki kapasitas keilmuan maka harus memahami agama secara menyeluruh.
“Oleh karena itu langkah-langkah pencegahan paham radikal terorisme diantaranya melalui pemahaman dan mempelajari agama secara komprehensif dan dari berbagai sumber, secara kaffah dalam Islam agar kita tahu bagaimana dalam berbuat dan bersikap dalam menghadapi persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan kita,” ujar aluni Fakultas Syariah Universita Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang ini.
Menurutnya, para generasi muda Indonesia ini adalah generasi yang merupakan generasi penerus bangsa ini agar kedepannya bisa terus menciptakan uapay perdamaian yang dapat mengakibatkan stabilitas keamanan di negara kita ini bisa berkembang dengan baik.
“Disitulah letak perannya para pemuda. Oleh karena itu siapapun kita dan dimanapun bidang kita, karena kita punya potensi yang diberikan Tuhan kepada kita, maka ciptakanlah sesuatu yang baik , sesuatu yang damai sesuai dengan bidang kita masing-masing,” kata Ketua Bidang Pemuda dan Pemberdayaan Perempuan FKPT Sumbar ini
Untuk itu dirinya berpesan pada para Duta Damai Dunia Maya untuk terus berbuat dengan keahliannya masing-masing dalam menjaga perdamaian di negeri ini. Generasi muda Duta Damai Dunia Maya harus bisa memberikan konten-konten yang baik kepada masyarakat dalam upaya untuk menjaga persatuan,
“Ketika ada konten-konten yang tidak baik, maka counterlah dengan hal-hal yang lebih baik sehingga dapat mengarahkan pembaca ataupun orang yang menyaksikan dengan hal yang lebih baik agar masyarakat yang melihat tersebut bisa tercerahkan, tergerak hatinya dan tidak salah arah dalam memahami suatu persoalan,” katanya mengakhiri.