Sleman – Peserta pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2021 regional Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta yang digelar di Kaliurang, DI Yogyakarta, Rabu (16/6/2020) hingga Jumat (18/6/2021) akan lebih difokuskan pada pendalaman materi pada bidangnya masing-masing. Ke-60 orang peserta ini dibagi menjadi tiga kelompok yakni dari kalangan Programmer IT, Blogger/penulis dan Digital Komunikasi Visual/DKV yang selanjutnya akan diasuh oleh mentor dari tim Pusat Media Damai (PMD) BNPT.
Namun sebelum memasuki kegiatan pendalaman materi, para peserta mendapatkan sesi materi mengenai Bahayanya Paham Radikal Terorisme termasuk mengenali bagaimana Ideologi Terorisme yang Berbasis Keagamaan serta Pencegahan paham radikal terorisme melalui kearifan local.
Narasumber yang hadir untuk menyampaikan materi tersebut yaitu Dr. H. Muhammad Suaib Tahir, Lc, MA, selaku staf ahli PMD pada Kedeputian I bidang Pencegahan, Perlidnungan dan Deradikalisasi BNPT.
Dr Suaib Tahir dalam kesempatan tersebut memberikan pengetahuan mengenai Radikalisme Terorisme yang dibungkus agama.. Lebih lanjut Dr. Suiab menjelaskan sejak runtuhnya khilafa Othmania dan ekspansi barat ke dunia timur, maka muncul gerakan baru di dunia timur untuk kembali menjadikan Islam sebagai salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah.
“Dari hal itulah fenomena ini mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan radikal ekstrim di kalangan umat Islam termasuk di indonesia, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir dan HT (Hizbut Tahrir) di Yordania,” ujarnya.
Pria yang selama 29 tahun pernah menjadi staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di Sudan ini juga menjelaskan mengenai Radikalisme dan Terorisme yang terjadi di dunia. Dimana menurutnya radikalisme terorisme adalah sebuah gerakan ideologi yang terorganisir menggunakan atribut tertentu baik politik, ideologi, agama atau suku dengan motif tertentu. Dimana kelompok radikal terorisme itu menggunakan kekerasan sebagai sarana untuk mencapai tujuannya.
“Lalu kelompok itu juga menanamkan doktrin secara ketat baik langsung maupun tidak langsung kepada setiap pengikutnya melalui pelatihan militer fisik dan spiritual. Kelompok itu juga berusaha merubah tatanan yang sudah eksis yang berbeda dengan keinginanannya serta menolak berbagai bentuk nilai universal seperti hak asasi manusia, dialog, damai, berkemajuan dan berperadaban,” ujar pria yang meraih seluruh gelar sarjananya dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini.
Dikatakan Kiai Suaib, selama ini masih banyak warga Indonesia termasuk diataranya para generasi muda yang suka bermain di dunia maya yang rentan terpapar paham radikal terorismeme, mengingat para pelaku terorisme terus intens melakukan penyebaran paham radikalisme melalui dunia maya atau media social.
“Masih ada generasi muda yang rentan terkena atau terpapar paham radikal terorisme melalui dunia maya. Tidak ada masyarakat yang tidak rentan radikalisme dan terorisme. Itu banyak buktinya, karena itu kami juga mengoptimalkan upaya sosialisasi, seminar, workshop dan lain-lain,” ujarnya
Pria yang juga Direktur Damar Institute yang bergerak dalam bidang Kontra Narasi dan Idiologi dari paham Radikal Terorisme ini meminta generasi muda duta damai agar berhati-hati bahwa media soaial ini banyak digunakan para kelompok-kelompok radikal terorisme ini untuk menyebarkan propaganda, hoax dan sebagainya yang dapat merusak persatuan.
“Nah duta damai ini yang memiliki tugas menyebarkan pesan-pesan perdamaian melalui dunia maya,” kata pria juga dosen Pasca Sarjana di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta ini mengakhiri.