Jakarta – Penyebaran paham radikal dan terorisme tidak hanya disebarkan melalui halaqah-halaqah eksklusif dan tersembunyi, namun sekarang ini paham radikal telah masuk melalui dunia pendidikan. Berdasarkan beberapa penelitian seperti yang dilansir oleh Wahid Foundation dan Maarif Institut telah ada sejumlah sekolah dan kampus yang terindikasi siswa atau mahasiswanya terpapar paham radikal.
Dengan fakta yang ada, maka menjadi tanggungjawab bersama untuk bagaimana menghadang sebaran virus radikalisme tersebut. Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa peran serta dunia pendidikan terutama yang berbasis pesantren menjadi kunci untuk melawan gerakan – gerakan radikalisme tersebut.
“Mari kita mengedepankan rasa syukur sebagai bangsa Indonesia, yang tradisionalis namun toleran dan memiliki relasi kuat dengan agama,” ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Seperti dikutip dari laman viva.co.id, saat berbicara pada Halaqah Santri Nusantara di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga , Yogyakarta, Rabu (28/3/2018).
Salah satu pintu masuk radikalisme, kata Lukman, adalah dunia pendidikan, termasuk pesantren. Untuk itu pemerintah berupaya mengajak dunia pesantren untuk menjaga Islam nusantara yang memiliki spirit rahmatan lilalamin atau kedamaian universal.
Acara yang dihadiri 2000 orang santri dari berbagai pondok pesantren di Indonesia ini menjadi bagian dari pertemuan serupa yang digelar dalam lima tahun terakhir.
Pada Desember lalu Halaqah Pimpinan Pesantren bersama Menteri Agama digelar di Jepara, Jawa Tengah. Para pemangku pesantren ingin memberikan kontribusi menjaga keislaman nusantara yang tradisionalis dan damai dari tekanan aliran islam transnasional yang radikal.