Bogor – Di era milenial sekarang ini, para perwira siswa (Pasis) muda bidang rohaniawan TNI memiliki peran efektif dalam menangkal penyebaran paham radikal terorisme dengan bahasa kekinian. Peran ini harus mereka wujudkan agar mampu memutus penyebaran paham radikal yang berpotensi masuk baik dalam lingkungan TNI maupun masyarakat pada umumnya.
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, pada acara Pembekalan Kursus Dasar Intelijen terhadap 92 orang siswa Perwira Prajurit Karir (Pa PK) TNI bidang Rohaniawan di Aula LB. Moerdani, Markas Komando Satuan Induk Badan Intelijen Strategis (Mako Sat. Induk Bais) TNI, Cilendek, Bogor, Rabu (11/3/2019)
“Ini tentu sangat luar biasa, para perwira-perwira muda ini adalah generasi milenial juga dan menurut saya ini sangat efektif. Selain memiliki ilmu intelijen, mereka juga sebagai milenial yang tentunya tahu persis kondisi anak muda. Hal ini seperti yang telah dilakukan BNPT dengan membentuk Duta Damai Dunia Maya dari kalangan generasi milenial seusia mereka (Pasis TNI),” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius, usai acara tersebut.
Lebih lanjut Kepala BNPT mengharapkan para perwira “milenial” TNI ini mampu memberikan kontra narasi dalam bentuk bahasa milenial. Walaupun sebagai prajurit TNI, dengan usia milenial ini mereka diharapkan dapat menghasilkan terobosan kekinian untuk ikut beperan dalam memberikan pencerahan kepada generasi muda.
“Oleh sebab itu tugas pokok mereka adalah bagaimana bisa mengidentifikasi dan juga memberikan treatmentnya dengan memberikan kontra narasi, kontra propaganda dan sebagainya. Mudah-mudahan dengan karyanya yang baik mereka mampu memberikan kontribusinya, bukan saja terhadap TNI, tetapi juga keluarga dan komunitas lainnya,” kata Suhardi.
Mantan Kabareskrim Polri ini juga mengapresiasi langkah-langkah strategis yang dilakukan TNI ini dalam merespon isu-isu berkaitan masalah intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Langkah yang dilakukan TNI dengan merekrut perwira muda TNI yang memiliki latar belakang pendidikan agama merupakan pemikiran out of the box dan dapat menjadi role model bagi institusi lainnya.
“Tentunya ini merupakan respon yang sangat luar biasa dari TNI, khususnya Panglima TNI, yang mengadakan rekruitmen perwira-perwira sarjana yang berlatar belakang agama. Karena apa? Karena selama ini (masalah radikal terorisme) sering menggunakan (narasi) agama itu,” tegasnya.
Karena itulah, mantan Kapolda Jawa Barat ini memberikan pengarahan dan pembekalan kepada para Pasis milenial TNI tentang kondisi dan tantangan radikal terorisme yang dihadapi oleh bangsa ini. Pengetahuan dan informasi terkini itu penting mereka dapatkan agar memiliki kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai ancaman ke depan.
“Saya melengkapi bagaimana perspektifnya agar mereka tahu persis apa yang dihadapi, bagaimana cara masuknya (paham tersebut), sehingga mereka ini siap untuk menghadapi itu untuk memberikan counter-counter-nya termasuk membikin modul-modul untuk menghadapi gerakan semacam itu. Sehingga kita bisa meminimalisir, minimal dari lingkungan TNI sendiri bisa clear,” ungkap Suhardi.
Lebih lanjut, Suhardi menjelaskan bahwa tidak ada masyarakat yang imun dari pengaruh sebaran paham radikal terorisme. Karenanya, langkah pro aktif yang dilakukan oleh TNI patut diapresiasi untuk membentengi lingkungannya agar steril dari pengaruh paham tersebut.
“Kita sangat mengapresiasi langkah pro aktif dari TNI ini. Selain itu, kita memang sudah sudah bekerjasama dengan Bais TNI ini untuk langkah-langkah penanggulangan terorisme,” ujar.
Kepala BNPT pun meyakini bahwa para perwira milenial TNI ini dapat membentengi diri dan lingkungannya dari pengaruh paham radikal terorisme. Pendidikan militer dan penanaman wawasan kebangsaan yang telah mereka dapatkan di Akademi Militer merupakan modal dan benteng daya tangkal yang kuat.
“Memang TNI dan Polri itu didesign untuk cinta terhadap negeri dan cinta terhadap Tanah Air. Saya rasa pendidikan dasar yang diterima di Magelang itu tentu sudah cukup, apalagi dengan dengan latar belakang agamanya. Saya perkenalkan masalah bahaya radikal terorisme itu, sehingga ini bisa menjadi unggulan dalam rangka mereduksi itu semuanya,” pungkas Suhardi.
Sementara itu Wakil Kepala (Waka) Bais TNI Mayjen TNI Handy Geniardi, SE., MM, dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa para perwira muda milenial TNI ini harus memiliki pengetahuan yang utuh terkait akar permasalahan radikal terorisme di Indonesia. Pengetahuan ini bisa dijadikan bekal mereka dalam menjalankan tugas ke depannya nanti.
“Saya kira ini paparan yang cukup lengkap untuk memberikan pembekalan kepada mereka (perwira siswa TNI). Karena mereka memang disiapkan untuk itu. Dan mereka tentunya merasa kaget dengan penjelasan yang cukup utuh dari Kepala BNPT. Karena memang dari kemarin mereka ingin mendapatkan itu semua,” ujar Mayjen TNI. Handy Geniardi
Lebih lanjut mantan Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Papua ini menjelaskan bahwa para perwira siswa muda ini baru lulus pendidikan perwira di tahun 2020 ini. Selain mendapatkan pembekalan tentang radikal dan terorisme, mereka juga akan menerima pembekalan tentang intelijen.
“Kemudian mereka juga akan mengalami pendidikan kecabangan. Lalu di tahun depan barulah mereka akan bertugas dan berdinas di satuan di bawah naungan Bais. Yang nantinya tentu saja akan dikoordinasikan di bawah payung dari BNPT itu sendiri,” ujar mantan Inspektur Kopassus ini.
Pembekalan dari Kepala BNPT ini, menurut Handy, menjadi wawasan yang dapat melengkapi wawasan mereka yang sebelumnya telah menempuh pendidikan di akademi militer dan pendidikan intelijen. Harapannya, para perwira muda milenial ini bisa lebih fokus dan lebih yakin dalam menjalankan tugasnya di lapangan.
Turut hadir dalam pembekalan yang diberikan Kepala BNPT tersebut para Direktur di jajaran Bais TNI, Komandan Sat Induk Bais TNI Brigjen TNI Gina Yogina, M.Si (Han) dan para Komandan Sekolah beserta para asisten di jajaran Sat Induk Bais TNI.