Bandarlampung — Dalam rangka puncak kegiatan Breaking Down The Walls
Day (BDWD) Faith In Harmony: Best Friends Forever, Pimpinan Wilayah
Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Lampung menggelar Dialog Interaktif Moderasi
Beragama yang menghadirkan lima tokoh agama lintas keyakinan, Jumat
(2/5/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh pemuka agama Islam, Ustadz Sudarman; Bhante
Pannajoto Thera dari agama Buddha; Romo Philipus Suroyo dari Katolik;
Pendeta Stevanus Wardoyo dari Kristen; serta Ida Bagus Putu Mambal
dari agama Hindu. Dialog dimoderatori oleh Sekretaris PWNA Lampung,
Jeni Rahmawati.
Dialog berlangsung hangat dan penuh makna. Masing-masing tokoh
menyampaikan perspektif tentang pentingnya hidup berdampingan dalam
keberagaman.
Romo Philipus Suroyo, yang akrab disapa Romo Roy, menegaskan bahwa
pertemuan antarumat beragama bukanlah ancaman terhadap keyakinan,
justru memperkuat iman masing-masing.
“Pertemuan lintas agama tidak membuat orang menyimpang dari agamanya.
Justru membuat orang Katolik makin Katolik, orang Islam makin Islam,”
ujarnya. Ia juga mengajak peserta untuk membanjiri media sosial dengan
konten positif sebagai respons atas maraknya intoleransi digital.
Pendeta Stevanus Wardoyo menambahkan bahwa manusia harus menyadari
semua adalah ciptaan Tuhan. “Tugas kita adalah mendekatkan diri
kepada-Nya, agar kebencian dan perpecahan sirna, dan muncullah
teposeliro atau toleransi,” tuturnya.
Ida Bagus Putu Mambal menjelaskan bahwa moderasi beragama telah
menjadi bagian dari keseharian umat Hindu. “Kita tumbuh dari alam dan
akan kembali ke alam. Maka kita perlu saling asah, asih, asuh—saling
memahami, menyayangi, dan membimbing,” ujarnya.
Bhante Pannajoto Thera dari Buddha menyampaikan bahwa akar intoleransi
adalah egoisme. “Untuk menghilangkan intoleransi, kita harus belajar
tidak bersifat eksklusif. Seperti maestro orkestra, kita perlu
menghargai instrumen lain, meskipun tidak kita mainkan sendiri,”
ungkapnya.
Sementara itu, perwakilan dari Islam, Sudarman, mengapresiasi PWNA
Lampung. “Saya bangga Nasyiatul Aisyiyah mengadakan dialog seperti
ini. Anak muda harus menjadi garda depan dalam menyuarakan toleransi
dan membangun Lampung yang damai,” katanya.
Kegiatan ini diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai latar belakang
keagamaan dan organisasi kepemudaan. Hadir pula pemuka agama Katolik
dan Kristen, komunitas Shri Ksetra Caitya dari pemuda Buddha, serta
organisasi kepemudaan Islam seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Pemuda Muhammadiyah, dan
unsur perempuan dari Pimpinan Wilayah Aisyiyah dan Muslimat Nahdlatul
Ulama. Pelajar lintas agama dari berbagai sekolah di Bandar Lampung
juga turut berpartisipasi, mencerminkan semangat keberagaman dan
persaudaraan.
Dialog ini menjadi penutup bermakna dari rangkaian pelatihan 12 Nilai
Dasar Perdamaian. PWNA Lampung berharap kegiatan seperti ini dapat
terus berlanjut sebagai bagian dari upaya kolektif menumbuhkan harmoni
di tengah masyarakat yang majemuk.