Palembang – Penyebaran paham dan gerakan radikal-terorisme telah menjadi ancaman yang sangat berbahaya, karenanya segala hal perlu dilakukan untuk menghentikan laju penyebaran paham kekerasan tersebut. Salah satu hal yang penting untuk dilakukan adalah melek literasi, yakni dengan selalu kritis dalam menerima dan mengkonsumsi informasi, khususnya yang berasal dari media internet.
Hal ini dikatakan oleh direktur pencegahan BNPT, Brigjen. Pol. Drs. Hamidin di Palembang siang ini, Rabu (19/04/17). Berbicara di hadapan peserta workshop bertema “Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat” yang dihelat oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) provinsi Sumsel, jenderal bintang satu itu menyebut pentingnya sikap kritis masyarakat dalam menerima sebuah informasi. Terutama dengan berkembangnya kecanggihan teknologi informasi, ia meminta agar masyarakat tidak langsung percaya terhadap berita yang diterima sebelum memeriksa kebenarannya.
Baginya, dunia internet perlu untuk sangat diwaspadai, terutama karena kelompok radikal-terorisme telah menggunakan dunia cyber ini dalam menyebarkan ajaran dan semangat radikalnya ke masyarakat.
“Saat ini media sosial telah digunakan oleh pelaku teror guna untuk menyebarkan paham-paham radikal mereka dan proses perekrutan,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menyebut ada dua organisasi teroris berskala internasional yang aktif menggunakan media sosial dalam menggerakkan organisasinya, kedua kelompok tersebut adalah Al Qaedah dan ISIS. Khusus untuk kelompok yang terakhir ini, ia menyebut bahwa ISIS memiliki agenda besar untuk mendirikan negara khilafah versi mereka sendiri. Dan ini tidak boleh dibiarkan.
“Mereka (ISIS, red) akan membangun infrastruktur yang komplit dan akan memperbanyak penduduk mereka dengan sistem perkawinan melalui jual-beli perempuan,” lanjutnya.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Menjawab pertanyaan ini, lulusan Akpol 1987 menjelaskan bahwa Indonesia telah bekerja dengan sangat baik dalam mengantisipasi penyebaran paham terorisme. Ia bahkan menyebut bahwa Indonesia telah mendapat banyak penghargaan dari negara-negara luar terkait keberhasilan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme.
Meski begitu, ia tetap meminta masyarakat untuk tidak terlena. Utamanya karena saat ini ajaran radikal dapat masuk melalui gadget yang selalu digunakan masyarakat. Ia pun meminta agar para orang tua meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan gadget putra-putrinya.
“Salah satu cara masuknya paham radikal dan terorisme adalah melalui dunia teknologi yang saat ini sangatlah gencar, terutamanya melalui gadget. Dan sasaran mereka adalah anak-anak. Maka dari itu, pandai-pandailah kita sebagai orang tua untuk mengawasi anak-anak kita atas penggunaan gadget dan game yang mereka konsumsi dan mainkan,” tutupnya.