Mataram – Anggota Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Willy Pramudya, mengingatkan industri pers untuk menekankan kehati-hatian dalam hal penggunaan media sosial sebagai sumber berita.
“Pengunaan media sosial saat ini berkembang sangat pesat, dan ini sering dimanfaatkan kelompok pelaku terorisme,” kata Willy dalam visit media Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Nusa Tenggara Barat ke TVRI Nusa Tenggara Barat, Selasa (23/5/2017).
Willy mengatakan, saat ini sudah ditemukan penggunaan media sosial sebagai sarana penyebarluasan paham radikal dan perekrutan pelaku oleh kelompok pelaku terorisme. “Oleh karena itu media massa harus berhati-hati. Menjadikan informasi di dalam media sosial sebagai berita tidak salah, tapi harus diimbangi dengan sikap kehati-hatian, selalu mengedepankan cek dan ricek,” tegasnya.
Jurnalis senior di salah satu media massa nasional tersebut juga mengingatkan, prinsip jurnalistik adalah loyalitas terhadap publik dan etos kerja yang mengedepankan verifikasi secara ketat dalam setiap pemberitaan.
Anggota Dewan Pers, Jimmy Silalahi, membenarkan apa yang disampaikan Willy Pramudya. Menurutnya, apa yang ditampilkan di dalam media sosial saat ini lebih banyak perdebatan yang berujung pada kebencian. Kondisi inilah yang biasanya akan memunculkan pemikiran dan sikap bersifat radikal.
“Jika media massa tidak cermat menggunakan media sosial sebagai sumber pemberitaan, media massa akan menjadi kepanjangan tangan penyebar pemikiran dan sikap radikal,” ungkap Jimmy.
Sikap sependapan juga disampaikan oleh Kepala Stasiun TVRI Nusa Tenggara Barat, Agus Kismada. Dia menekankan kesiapan pihaknya membantu BNPT dan FKPT Nusa Tenggara Barat dalam upaya pencegahan terorisme. Menurutnya, adanya pola komunikasi yang terhambat antara masyarakat dan stakeholder merupakan salah satu penyebab munculnya radikalisme.
“Pemberitaan di TVRI NTB semuanya bersifat SU (Semua Umur, Red.), jadi aman. Dan menurut kami ini adalah salah satu upaya meredam radikalisme di masyarakat,” kata Agus.
Visit Media merupakan salah satu metode yang dilaksanakan dalam kegiatan Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme. Ada dua metode lain yang juga dilaksanakan, yaitu dialog Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme Terorisme di Masyarakat, dan lomba karya jurnalistik yang mengambil tema kearifan lokal sebagai sarana pencegahan terorisme. [shk/shk]