Jakarta – Asian Games 2018 tidak hanya sekadar arena adu prestasi di bidang olahraga, tapi menjadi spirit untuk memperkuat persatuan Indonesia dan Asia. Hal itulah yang membuat Asian Games 2018 menjadi even strategis untuk memperkuat kekuatan bangsa menuju persaingan global dan juga dalam melindungi NKRI dari gangguan kelompok radikal.
“Disamping prestasi, salah satu tujuan even besar seperti Asian Games adalah untuk mempererat hubungan antar sesama bangsa Indonesia dan bangsa Asia. Kita ikut berbangga, melihat dua Korea bersatu menggunakan satu bendera dan melebur dalam satu kontingen.. Semoga ini terus terjadi dalam mewujudkan kebersamaan dan perdamaian di Asia,” ujar anggota Dewan Pertimbangan Presiden Agum Gumelar di Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Agum menilai, kebersamaan dua Korea dalam Pembukaan Asian Games 2018 itu, menunjukkan bahwa olahraga itu punya spirit untuk mempersatukan dan menciptakan jiwa persatuan, disamping tentunya untuk meraih prestasi. Sama halnya saat menggelar Konferensi Asia Afrika 1955 lalu, sampai sekarang gaung dasa sila Bandung masih terus menggema dan selalu dijadikan spirit menciptakan persatuan negara Asia dan Afrika, bahkan dunia.
Selain itu, lanjut mantan Ketua Umum KONI Pusat, spirit Asian Games 2018 juga membawa hawa positif ditengah kondisi bangsa yang sedang ‘ramai’ menyambut pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan dalam menghadapi gencarnya propaganda kelompok radikal.
Agum mengakui saat ini ada suatu kelompok atau kekuatan yang terus melancarkan serangan ke pemerintah dengan mengeksploitir kelemahan-kelemahan yang ada. Menurutnya, itu hal yang wajar dalam sebuah proses demokrasi, apalagi, pihak-pihak itu hanya kelompok kecil. Yang pasti mayoritas bangsa Indonesia bangga, apalagi Indonesia meraih dobel sukses yaitu sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi.
Kebanggaan inilah, lanjut mantan Menteri Perhubungan ini, harus dijadikan motivasi menghadapi Pileg dan Pilpres 2019. Menurutnya, pro dan kontra terhadap pemerintah di negara demokrasi seperti ini adalah hal yang wajar.
“Tapi jangan ketidaksukaan kepada pemerintah itu, lalu kemudian disalurkan dengan mendukung gerakan radikal,” imbuh Ketua Umum PSSI periode 1999-2003 ini.
Agum yang juga Ketua Umum Pepabri mengaku memiliki sikap yang sama dalam menghadapi gerakan radikal. “Pro dan kontra jelang Pemilu itu biasa, tapi ketika ada suatu kekuatan yang ingin mengubah negara kita, atau ingin mengganti Pancasila dengan paham lain, maka kita terpanggil untuk melawan,” tukasnya.
Karena itu, Agum mengaku mendukung tegas langkah pemerintah bertindak tegas terhadap gerakan radikal. Apalagi sebagai purnawirawan, ia masih memegang teguh pedoman sapta marga prajurit. Marga pertama, kami warga negara NKRI yang bersendikan Pancasila, marga kedua kami patriot Indonesia pendukung serta pembela ideologi negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.
“Jadi kalau ada kekuatan yang ingin mengubah Pancasila, ingin mengubah NKRI dengan negara yang berafiliasi paham ini, paham itukah, kita harus bereaksi untuk membela Pancasila dan NKRI. Itu hukumnya wajib,” pungkas Agum Gumelar.