Jakarta – Perkembangan teknologi dan informasi harus memberikan dampak positif bagi persatuan dan kesatuan negara. Salah satunya, perkembangan teknologi harus bisa memperkuat toleransi di tengah masyarakat.
“Teknologi informatika dan komunikasi bagaimana itu menjadi salah satu instrumen untuk memperkuat dan juga memastikan bahwa yang namanya muralitas atau pularisme dan juga toleransi itu harus juga menjadi bagian dari konsep yang memang harus kita sepakati bersama,” kata Kepala Balitbang Partai Golkar, Jerry Sambuaga saat diskusi di DPP Partai Golkar, Jakarta pada Senin (29/5/2023).
Ia menegaskan, sikap keterbukaan dan menerima perbedaan di Indonesia harus ditanamkan sejak usia dini. Sebab, Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
“Inklusifitas itu penting. Inklusifitas itu lahir dari apa yang kita lakukan, harus dimulai dari usia dini,” ucapnya.
Jerry menyebut kurang sepakat jika pendidikan yang mengedukasi masyarakat agar tidak terjebak radikalisme dimulai dari kampus. Dia menganggap, pendidikan tentang memaklumi perbedaan harus dimulai di tingkat Taman Kanak-kanak (TK).
“Kita bicara deradikalisasi dari kampus, kalau menurut saua enggak dari kampus. Mungkin dari TK, nggak usah belajar soal teks book tapi belajar dari yang kita lakukan,” ucapnya.
“Jangan hanya kita berkumpul dengan komunitas yang sama. Pemantapan nolai itu lebih kuat dari pada dengan buku,” sambungnya.
Jika penanaman sikap toleran dimulai ssjak dini, kata Jerry, ketika dewasa seseorang dalam memfilter hal hal yang ketemu di google atau internet itu lebih mudah.
“Karena sikap toleran ini semua melewati proses dan ini yang bukan kota dapatkan melalui waktu sebentar,” tuturnya.
Di sisi lain, Wakil Menteri Perdagangan ini juga mendorong adanya kebijakan di bidang pendidikan terkait pemahaman toleransi. Dasar hukum yang dimasukkan dalam kurikulum dapat memperkuat pemahaman toleransi yang diberikan lewat kegiatan pembelajaran sehari-hari.
“Jadi bagaimana kita dari sisi perlakuan, tapi dari sisi hukum juga ada kebijakannya,” imbuh Jerry.