Peringatan 21 Tahun Bom Bali 1, Memutus Rantai Dendam Demi Terwujudnya Kedamaian

Badung – 21 tahun sudah tragedi Bom Bali 1 meluluhlantakkan kawasan
Legian, Kuta, Bali. Hari itu, 12 Oktober 2002, bom dahsyat yang
dilakukan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) mengguncang Paddy’s
Pub dan Sari Club di Legian, Kuta, Kabupaten Badung, sementara bom
lainnya juga meledak di dekat kantor Konsulat Jenderal Amerika
Serikat, Renon, Denpasar. Dalam tragedi ini,  202 orang meninggal dan
209 orang luka-luka. Para wisatawan maupun warga lokal turut jadi
korban dalam peristiwa ini.

Kamis, 12 Oktober 2023, Tugu Peringatan Bom Bali kembali menjadi pusat
perhatian. Di tempat tersebut dilakukan doa bersama untuk mengenang
dan mendoakan para korban yang meninggal dalam tragedi tersebut.

Sejak sore, para warga dan wisatawan mulai memadati area di sekitar
Tugu Peringatan Bom Bali untuk ikut menyaksikan jalannya acara.
Peringatan yang bertema “Dari Bencana menjadi berkah” itu dihadiri
sejumlah pejabat diantaranya Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Komjen Pol. Prof. Dr. H. Rycko
Amelza Dahniel, M.Si, Kepala Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
(LPSK) Drs. Hasto Atmojo Suroyo, M.Krim, PJ. Gubernur Bali Irjen
(Purn) Sang Made Mahendra Jaya, anggota DPD RI dapil Bali yang juga
mantan Ketua Tim Investigasi Bom Bali Komjen Pol (purn) Drs. I Made
Mangku Pastika, M.M, Kapolda Bali, Irjen Pol. Ida Bagus Kade Putra
Narendra, S.I.K., M.Si, Kedubes Negara Amerika Serikat dan Australia,
serta para keluarga korban dan penyintas bom bali.

Acara yang dibuka oleh ketua panitia I Putu Adnyana, merupakan hasil
dari swadaya masyarakat bersama dengan para penyintas dan keluarga
korban bom bali. Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya sangat bersyukur
dapat mengadakan kembali acara tersebut dan berharap dapat terus
dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya.

“Kegiatan ini bukanlah moment peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali,
melainkan doa perdamaian untuk menciptakan perdamaian diseluruh dunia.
Doa perdamaian tahun ini dilaksanakan atas support dari BNPT RI,
Pemprov Bali, Pemda Badung dan dari keluarga konvension Gede Prama,
Gus Teja. Sanggar Tari Kumara Kuta, Paud SIP, dan pemerintah
kelurahan, LPM Kuta, Desa Adat Kuta dan Yayasan Isana Dewata,” ujar
Putu Adnyana.

Kegiatan ini terus dilakukan dengan inovasi yang sederhana dengan
menggaungkan perdamaian ke seluruh dunia. Adnyana berharap kepada
pejabat pemerintah di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten untuk
dapat merealisasikan taman perdamaian di wilayah monumen bom bali. Ia
juga mengajak semua pihak melegacykan semua hal kebaikan kepada
generasi yang akan datang sehingga negara Indonesia dapat menjadi
negara yang lebih damai.

Sejumlah pejabat yang turut hadir pun mengingatkan hal yang sama pada
semua yang hadir dalam acara tersebut. PJ Gubernur Bali, Sang Made
Mahendra Jaya dalam sambutannya mengajak semua pihak untuk berdamai
dan memaafkan masa lalu agar dapat mewujudkan masa depan yang lebih
baik.

Tragedi bom Bali yang merengut ratusan nyawa dan memporak-porandakan
Bali 21 tahun silam hingga saat ini masih menyisakan luka yang
mendalam di hati semua pihak. Namun, ia mengingatkan untuk tetap
berpandangan ke depan. Pilihannya hanya dua yaitu terus membenci atau
mengubah memori tersebut menjadi sumber kekuatan.

“Mari kita gunakan kejadian ini sebagai panggilan untuk mempromosikan
pemahaman toleransi dan cinta sesama manusia. Dalam renungan ini kita
memohon kepada alam semesta diberi kekuatan yang lebih besar dalam
mewujudkan perdamaian abadi, jadikan kenangan ini sebagai titik awal
inspirasi tindakan kita dalam membangun harmoni,” ujarnya.

Sejalan dengan yang disampaikan PJ. Gubernur Bali, mantan ketua tim
investigasi Bom Bali yang juga pernah menjabat 2 periode sebagai
Gubernur Bali, Komjen Pol (purn) Drs. I Made Mangku Pastika
menjelaskan bahwa semua manusia bersaudara. Di Bali sendiri, terdapat
konsep tentang persaudaraan yakni menyamabraya, paras-paros, dan
pakedek-pakenyum. Selain itu ia juga mengingatkan bahwa peristiwa
pengeboman itu hendaknya jadi pengingat bahwa setiap individu mesti
berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian.

“Damai itu indah dan ini tentu harus dimulai dari diri kita sendiri.
Bisakah kita hilangkan dengan penuh kesadaran apa itu AIDSS yakni
amarah, iri, dendam, serakah, dan sombong. Kalau ini bisa maka
kedamaian akan ada di sana,” ujar Pastika.

Diiringi alunan seruling Gus Teja serta Renungan dari Guruji Gede
Prama, suasana malam di Tugu Peringatan Bom Bali semakin khidmat.
Acara ini kemudian diakhiri dengan doa bersama dan tabur bunga yang
dilakukan oleh para penyintas, keluarga korban bom bali, warga lokal
hingga para wisatawan.