Perguruan Tinggi Bertanggung Jawab dalam Mendidik Calon Generasi Penerus Bangsa

Depok – Rektor dan pengelola Perguruan Tinggi harus bertanggung jawab dalam mendidik para generasi muda khususnya mahasiswa agar tidak terpapar radikalisme dan terorisme. Jangan sampai mereka nantinya tercemari dengan hal-hal yang tidak baik yang dapat menggoyang keutuhan NKRI ini.

Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH dalam sambutanya pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Universitas Indonesia (UI) dengan BNPT terkait Pendidikan, Penelitian, Pengabdian terhadap Masyarakat dan Pengembangan kelembagaan dalam rangka penanggulangan terorisme.

Dalam penandatanganan MoU yang digelar di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Senin (23/4/2018) ini Kepala BNPT juga berkesempatan untuk memberikan kuliah umum terkait Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Radikalisme
.
“Ini karena para mahasiswa, dan anak-anak di rentang umur 15-25 tahun itu punya potensi untuk disusupi paham-paham radikal terorisme itu. Ini yang harus kita jaga, mereka harus dididik yang benar. Perguruan Tinggi bertanggung jawab atas itu, agar ada semacam daya tahan untuk mereka,” ujar Kepala BNPT, Komjen. Pol Suhardi Alius.

Lebih lanjut mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas ini mengatakan, bukan hanya kepada mahasiswa saja, tetapi juga para dosen. Karena dari hasil investigasi yang dilakukan BNPT ada juga dosen dan guru yang terpapar paham radikal.

“Untuk itu kita minta pada Menristek Dikti, Mendikbud agar perekrutan guru dan dosen itu bisa diperketat lagi agar nantinya tidak melahirkan paham-paham radikal pada anak didiknya,” ujar Kepala BNPT

Mantan Kabareskrim Polri ini juga mengatakan, tentunya dibutuhkannya peran-peran dari pada dosen dan rektor serta para ahli untuk mendukung pencegahan paham radikal terorisme ini. Karena tidak semua metode pencegahan akan sesuai, yang mana dibutuhkan cara dan pola tertentu sesuai tempat dan situasinya.

“Terorisme memang ancaman global, tapi yang bisa mengindentifikasi akar masalahnya ya dari negara masing-masing, kita butuh para pakar, para ahli, para professor untuk mengindetifikasi masalahnya, sehingga bisa didapatkan cara dan formula yang pas untuk mencegah dan menanggulanginya,” kata alumni Akpol tahun 1985 ini.

Tak lupa mantan Kapolda Jawa barat ini juga menyinggung tentang kegiatan yang sebelumnya ia adakan bersama Kemenristekdti dengan mengumpulkan 3.000 rektor perguruan tinggi se Indonesia terkait penguatan rektor dan perguruan tinggi dalam menangkal radikalisme dan terorisme.

“Kita juga sudah adakan kegiatan mengumpulkan 3.000 rektor di Bali, kita minta kepada para rektor perguruan tinggi agar bertanggung jawab terhadap anak muda, dalam mendidik mereka, sehingga tidak terpapar radikalisme dan terorisme,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini.

Sementara itu dalam kuliah umum yang dihadiri para mahasiswa Pasca Sarjana UI dan juga siswa dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisan (PTIK) ini, mantan Kepala Divisi Humas Polri ini juga menegaskan pentingnya penguatan nasionalisme guna menghadapi ancaman ideologi transnasional. Menurutnya dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, nilai-nilai kebangsaan yang ada mulai tergerus sehingga memudahkan anak muda untuk disusupi paham-paham radikal.

“Teknologi informasi saat ini itu udah tidak ada batasnya, udah borderless, gadget ada dimana-mana, memang ada sisi positifnya, tapi banyak juga sisi negatifnya, dari sini anak muda dijadikan target brain washing. Kita harus bisa cegah, harus bisa kita imbangi, karena itu kami dari BNPT merekrut duta damai dunia maya, generasi muda untuk melawan radikalisme, dimana mereka menggunakan bahasa milenial sehingga bisa diterima cepat oleh generasinya,” tutur suami dari dr. Riri Nusrad Kanam ini.

Terkait penandatanganan MoU yang telah dilakukan, mantan Wakapolda Metro Jaya ini berharap kedepannya upaya pencegahan terhadap radikalisme dan terorisme akan berjalan lebih maksimal, dimana nantinya akan didukung dengan hasil-hasil riset dan penelitian dari UI sehingga dapat menentukan formula dan cara yang tepat.

“Dengan MoU dengan UI ini kedepan kita akan menjalankan penelitian dan pengembangan termasuk pengabdian terhadap masyrakat, boarding school yang ada di medan nantinya akan dijadikan semacam laboratorium oleh UI untuk mengidentifikasi dan mencarikan solusi atau formula karena pendekatan secara human atau soft approach itu sangat bermanfaat,” ujar mantan Kapolres Metro Jakarta Barat dan Kapolres Depok ini mengakhiri.

Selain ratusan peserta dari mahasiswa pasca sarjana UI dan siwa Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Kuliah umum oleh Kepala BNPT ini dihadiri oleh para Wakil Rektor dan Dekan di linglkungan UI dan Kapolresta Depok Kombes Pol. Didik Sugianto. Sementara dari jajaran BNPT yang tampak hadir yakni Sestama BNPT Marsma TNI Dr. Asep Adang Supriyadi, Deputi I Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Deputi II Brigjen Pol. Budiono Sandi, Deputi III BNPT Irjen Pol. Drs. Hamidin, para Kepala Biro dan para Direktur.