Perempuan, Remaja, dan Anak Sasaran Utama Radikal Terorisme, BNPT:
Keluarga Perlu Diperkuat

Kediri – Paham radikalisme menyasar pada segala usia, termasuk
mengarah kepada anak-anak, remaja hingga perempuan. Untuk itu,
anak-anak harus dilindungi dari ancaman intoleransi, radikalisme dan
terorisme, karena itu keluarga perlu diperkuat guna mampu mendeteksi
paparan paham radikalisme.

Hal itu diucapkan Kasubdit Kerjasama Multilateral Badan Nasional
Penanggulangan Teroris (BNPT) Weti Deswiyati dalam kampanye
Anti-radikalisme di Kediri, Kamis (4/7/2024).

“Keluarga adalah orang-orang terdekat yang sangat berpotensi melakukan
deteksi dini untuk mencegah ekstremisme berbasis kekerasan berlanjut.
Semua itu sebagai ikhtiar dalam memperkuat ketahanan keluarga termasuk
bagi keluarga yang anggota keluarganya terindikasi terpapar ajaran
ekstremis berbasis kekerasan,” katanya dalam rilis yang diterima,
Jumat.

Ia juga memberi pemahaman tentang terorisme yang dapat dimulai dari
lingkup paling kecil yakni keluarga. Hal itu menjadi perhatian sebab
madrasah pertama dalam keluarga yang membentuk anak-anak menuju dunia
luar adalah keluarga.

Pentingnya peran orang tua, wali murid, menjadi hal yang krusial,
tentang menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada anak dan menjadi
benteng utama dalam menangkal paham radikal terorisme. Peran perempuan
atau seorang ibu dinilai sangat strategis dalam memberikan edukasi dan
literasi terhadap keluarga khususnya anak-anak agar dapat terhindar
dari paham kekerasan dan terorisme.

Kampanye tersebut diharapkan membuka wawasan pola pikir kita untuk
memahami bahwa terorisme adalah sebuah paham yang menjadi duri dalam
mencapai kemajuan untuk ibu pertiwi dan pencegahannya dapat
diminimalkan mulai dari pendekatan keluarga.

Pihaknya berharap dengan kegiatan ini anak-anak dapat memiliki
kesadaran tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan, toleransi
dan dapat menghindari paham radikalisme, dengan upaya yang dapat
dilakukan adalah melalui membuka dialog secara intensif atau membangun
komunikasi yang aktif dengan anak serta membawa anak-anak dalam
pergaulan yang lebih bermanfaat.

Selain itu, Weti mengingatkan, peran seorang ibu juga dapat dikatakan
sebagai lensa yang dipakai anak-anaknya untuk melihat dunia, oleh
karenanya harmoni sosial atas masyarakat dengan keanekaragaman
berbagai perbedaan, diharapkan dapat diterima dengan baik oleh anak
melalui sosok ibu.

Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jatim, Prof Dr
Hesti Armiwulan SH MHum dalam acara di Kediri mengingatkan bahwa
kurangnya literasi digital membawa ekses buruk terhadap kehidupan
masyarakat. Melalui media digital ide dan paham radikal yang cenderung
dan pada tingkat ekstremisme.

Menurut dia, bila fenomena sosial ini dibiarkan niscaya akan
mempengaruhi masyarakat. Bahkan dalam riset terakhir, tingkat potensi
radikalisme mengarah pada kalangan anak, remaja dan perempuan

“Anak-anak kita usia SD kelak akan menjadi pemimpin di masa Indonesia
emas, 2045. Mereka inilah yang harus menjadi perhatian penting kita
sekarang. Karena tongkat estafet berada di tangan mereka,” kata Hesti,
yang juga mantan Komisioner Komisi Nasional (Komnas) HAM RI.

Pihaknya mengapresiasi edukasi yang diberikan ini. Hal ini membawa
dampak positif dan memberikan pengetahuan tentang terorisme dan
antisipasinya.

Kegiatan ini diikuti oleh para siswa SMP/MTs di wilayah Kediri bersama
orang tua. Acara serupa juga digelar sebelumnya di Blitar.

Acara hasil kolaborasi Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT)
Jawa Timur bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
dengan program “Smart Bangsaku, Bersatu Indonesiaku”. Masyarakat dan
pelajar itu sengaja dilibatkan dalam pencegahan radikalisme dan
terorisme.