Copenhagen – Seorang perempuan asal kota Copenhagen, Denmark baru-baru ini membuat pengakuan mengejutkan. Joanna Palani, nama perempuan itu, mengaku kecewa dengan perlakuan yang ia terima di negaranya sendiri usai turut berjuang mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah. Alih-alih dijadikan pahlawan, perempuan berusia 22 tahun ini mengaku justru diperlakukan layaknya teroris.
“Saya rela memberikan hidup dan kebebasan saya demi menghentikan perkembangan ISIS, agar semua orang di Eropa bisa selamat, itu pilihan hidup saya. Tapi saya malah dipandang seperti teroris di negeri saya sendiri,” ungkapnya seperti dikutip dari mirror.co.uk, Rabu (08/02/17).
Joanna mengaku memiliki keahlian sebagai penembak jitu (snipper) dan ia gunakan keahlian itu untuk membunuh 100 lebih militan ISIS. Ia juga mengaku memberi makan sekelompok perempuan yang dijadikan budak sex oleh kelompok ISIS. Ia lantas melatih perempuan-perempuan dengan keahlian militer agar dapat menyerang balik
Joanna sendiri merupakan gadis keturunan Iran-Kurdi, kakek neneknya adalah pejuang Peshmerga. Ia lahir di camp pengungsian PBB sebelum akhirnya pindah ke Copenhagen saat masih kecil. Ia mulai belajar menggunakan senjata api sejak usia 9 tahun.
Bercerita tentang pengalamannya berjuang melawan ISIS di garis depan, Joanna mengatakan bahwa teroris ISIS sangat mudah dibunuh. Ia membandingkan dengan loyalis presiden Assad, “Teroris ISIS memang sangat mudah mengorbankan dirinya sendiri, namun pasukan Assad sangat terlatih dan mereka adalah mesin pembunuh yang spesial,” tutupnya.