Perempuan Harus Menjadi Pelopor Perdamaian dan Lawan Kekerasan

Jakarta-Kementerian Pemberdaayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menggelar Sarasehan dan Workshop Nasional tentang peran perempuan dalam mencegah konflik dan perunding perdamaian dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di HoteL Redtop Jakarta, pada 26-28 April 2017. Kegiatan ini dihadiri 200 peserta dari berbagai lapisan dari Kementerian Negara/Lembaga, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Peneliti, Dosen dan penggiat perdamaian serta unsur kemahasiswaan yang dihadiri pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh wilayah Indonesia.

Kegiatan yang bertajuk momentum hari Kartini sebagai perekat bangsa dan pelopor perdamaian dimulai dengan acara Saresehan yang dibagi dengan tiga sesi materi. Beberapa Narasumber yang hadir dari perwakilan Kementerian dalam negeri (tim terpadu penanganan konflik sosial), Kemensos (perlindungan korban konflik sosial),Kemenko PMK, dan Baharkam Mabes Polri.

Tak kalah menariknya kegiatan ini juga menghadirkan tokoh-tokoh perempuan penggiat perdamaian yang memberikan testimoni tentang ancaman konflik sosial, dampak konflik bagi perempuan dan anak yang harusnya bisa dicegah secara bersama. Dalam paparannya salah satu narasumber menceritakan bagaimana persitiwa yang dialami perempuan saat terjadinya konflik Poso, Ambon,Papua dan Aceh, dan ini harus dicegah dan jangan sampai terulang lagi.

Sementara itu, Tim Perlindungan Korban Konflik Sosial dari Kemensos menyampaikan upaya mencegah lebih baik dari pada penanganan pasca konflik. Salah satu poin pentingnya ialah sesuai dengan amanat UU RI No. 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial pasal 6 ayat 1 bahwa salah satu upaya mencegah konflik ialah dengan memelihara kondisi damai di dalam masyarakat.

Diharapkan dari kegiatan ini para peserta dapat menjadi penggiat perdamaian di masyarakat mengingat ancaman kekerasan dan radikalisme hari ini dalam bentuk intoleransi, sengketa wilayah dan perbedaan pandangan bisa menjadi bibit atau potensi konflik di tengah masyarakat. Dalam kondisi itu,  perempuan memiliki peran yang strategis untuk menjadi garda terdepan dalam menjaga perdamaian di Indonesia

Pada sesi Workshop antusiasme peserta cukup tinggi dalam memberikan pertanyaan dan usulan terhadap para fasilitator. Acara kemudian dilanjutkan dengan menyaksikan Gelar Budaya di Kuningan dan akan ditutup dengan pembacaan hasil rekomendasi kelompok.