Sleman –Deputi 1 Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI Nisan Setiadi, S.E. mendorong simpul-simpul organisasi perempuan untuk mampu menjadi agen perdamaian. Caranya dengan mengorganisir massa dan menumbuhkan kesadaran bersama-sama melawan segala bentuk propaganda kelompok radikal terorisme, setidaknya untuk lingkungan keluarga dan organisasinya masing-masing.
“Perempuan dalam peran seperti ini sebenarnya menjadi salah satu benteng dari pengaruh paham dan ideologi radikal yang saat ini mulai menyasar pada anak usia dini. Maka diperlukan upaya penanaman nilai kebangsaan, wawasan keagamaan dan kearifan lokal dalam keluarga yang akan menjadi sangat effektif sebagai filter dalam menangkal penyebaran radikalisme terorisme,” kata Deputi 1 BNPT di Sleman, Yogyakarta, Kamis (30/3/2023).
Pernyataan itu diucapkan Nisan Setiadi pada kegiatan “Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) Cerdas Digital, Satukan Bangsa dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme” di Gedung Prof. Dr. Soenarjo UIN Sunan Kalijaga, Sleman, Yogyakarta. Kegiatan digelar BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) D.I Yogyakarta
“Perempuan harus selalu mawas diri agar tidak terperangkap masuk ke dalam jaringan pelaku ataupun menjadi korban atas aksi terorisme”, imbuh Deputi 1.
Nisan mengungkapkan, pelibatan perempuan dalam pencegahan paham radikal dan terorisme di lingkungan keluarga sangat penting. Pasalnya, penanaman nilai-nilai cinta tanah air sangat efektif diberikan muai dari lingkungan keluarga.
Menurutnya, keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Anak mulai dikenalkan dan diajarkan dengan berbagai hal yang ada disekelilingnya. Dikenalkan dengan keluarganya, teman-temannya, barang-barang yang ada, bahkan diajarkan tentang berbagai nilai sosial, budaya dan agama yang mereka anut.
“Tugas mendidik anak dalam lingkungan keluarga merupakan tugas resiprokal orang tua. Tapi posisi perempuan, yakni sebagai ibu secara emosional lebih memiliki kedekatan terhadap anak. Karena itulah, kunci penanaman karakter dan jati diri anak banyak bertumpu pada peran perempuan,” terang Nisan..
Ia melanjutkan bahwa BNPT menerapkan skema Pentahelix untuk mencegah dan menanggulangi aksi terorisme serta radikalisme pada tahun 2023. Konsep Pentahelix menggunakan seluruh potensi dalam membentuk kekuatan nasional melawan ideologi radikalisme dan terorisme. Melibatkan lima unsur, yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media.
“Masyarakat menjadi salah satu unsur yang diharapkan memiliki dampak positif dalam pelibatannya dalam mencegah paham radikal dan terorisme di tengah-tengah lingkungan masyarakat itu sendiri. Diharapkan peran masyarakat ini menjadi harapan baru dalam menciptakan agen-agen perdamaian di lingkungan keluarga mereka terlebih dahulu,” pungkas Mayjen Nisan Setiadi.
Dalam kesempatan itu hadir pula, Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) D.I Yogyakarta, Komandan Korem 072/Pamungkas, Kepala Kejaksaan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Badan Kesatuan bangsa dan Politik D.I Yogyakarta, Binda D.I Yogyakarta, Kepala Dinas Pemberdayaan Perrempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk D.I Yogyakarta, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana D.I Yogyakarta.