Wonogiri – Perbedaan keyakinan yang ada di Indonesia tentunya adalah kekuatan bangsa dan bukan suatu ancaman. Tidak hanya tentang menghormati dan menghargai, tetapi keinginan dan praktek saling bekerjasama dalam menjamin hak sosial yang setara bagi seluruh warga negara tanpa memandang latar belakang agama dan budaya.
Hal tersebut dikatakan Direktur Pencegahan Badan Nasional Peannggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Prof. Dr. Irfan Idris, MA., dalam sambutannya pada acara Dialog Kebangsaan bersama Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat dalam rangka Meningkatkan Toleransi dan Moderasi Beragama yang berlangsung di Pondok Pesantren Al Huda, Kabupaten Wonogiri, Senin (15/9/2025).
Acara Dialog Kebangsaan yang dihadiri tidak kurang 200 orang ini merupakan kolaborasi antara BNPT RI dengan Komisi XIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR RI, dimana turut hadir anggota Komisi XIII DPR RI, H..Hamid Noor Yasin, MM.
“Kita punya 700 lebih suku, 1000 lebih Bahasa daerah dan 6 agama, ini tentunya menjadi kekuatan bangsa kita dalam menciptakan perdamaian. Kita menyadari bahwa salah satu potensi bahaya dan ancaman yang dimiliki bangsa yang multikultural seperti Indonesia ini adalah konflik, Maka jangan sampai ada tindakan kekerasan dan aksi terorisme yang seringkali menggunakan agama sebagai pembenaran dalam melakukan kekerasan,” ujar Prof Irfan Idris.
Dijelaskanya, terorisme adalah bentuk penyimpangan dari ajaran agama yang menciptakan persepsi keliru dan menanamkan benih-benih kecurigaan antarumat beragama. Kalu hal ini dibiarkan, terorisme tidak hanya merusak fisik dan mental masyarakat, tetapi juga mengancam tatanan sosial dan harmoni bangsa.
“Kecurigaan ini harus kita lawan dengan cara yang paling ampuh yaitu membangun dialog, memperkuat hubungan dan menyatukan hati antar para tokoh dan umat beragama,” ujar mantan pria yang pernah menjabat Direktur Deradikalisasi BNPT ini
Oleh karena itu menurutnya, dialog seperti ini adalah langkah nyata untuk menumbuhkan rasa saling percaya dalam menghancurkan sekat-sekat prasangka yang diciptakan oleh ketidaktahuan dan propaganda radikal yang kerap ingin menanamkan segregasi maupun polarisasi dan konflik atas nama agama.
Indonesia sendiri menurut Prof Irfan adalah rumah besar yang nyaman bagi berbagai keyakinan, suku, etnis, budaya dan bahasa. indonesia adalah contoh nyata bahwa keberagaman bukan ancaman, dan perbedaan bukan untuk diseragamkan.
“Keberagaman adalah warisan luhur bangsa ini yang harus kita jaga. bahkan, keberagaman adalah anugerah dan sunnatullah sebagai bentuk cara tuhan menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal seperti tercantum dalam surat Al-Hujurat ayat 13. Aemua agama memiliki prinsip yang sama yang menekankan pentingnya cinta kasih, perdamaian, dan keadilan di tengah keragaman,” ujarnya
Untuk itu dirinya mengajak kepada seluruh tokoh agama, tokoh masyarakat dan umat beragama yang ada di Wonogiri ini untuk terus membangun budaya damai, saling memahami dan meningkatkan kerjasama antar umat beragama dalam praktek nyata.
“Mari kita jadikan persaudaraan lintas agama ini sebagai benteng yang kokoh melawan paham dan ideologi yang mengarah pada intoleransi, kebencian, dan kekerasan. Kita menyadari bahwa semua agama dan kepercayaan memiliki perbedaan, tetapi kita juga menyadari bahwa kita memiliki cita-cita yang sama yakni hidup damai, saling menghormati, dan membangun bangsa yang lebih baik,” ujar Prof Irfan yang juga Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UIN) Alauddin Makassar ini.
Dirinya meyakini bahwa dengan memperkuat persaudaraan lintas agama, maka secara tidak langsung kita sedang menanam benih perdamaian yang akan terus tumbuh subur dan menjadi pelindung bagi generasi mendatang. Karena bukan hanya tugas BNPT semata dalam menciptakan perdamaian, tetapi seluruh lapisan masyarakat dan komponen bangsa
“Karena kita mau perdamaian di Indonesia ini. Yang mana kita aman dari segala ancaman ketakuntan dari aksi terorisme dan juga tidak ada kelaparan. Karena ini sesuai dengan misi bapak Presiden kita, bapak Prabowo (Subianto) dalam menciptakan swasembada pangan,” katanya mengakhiri.
Dalam sesi Dialog menghadirkan narasumber Kasubdit Kontra Propaganda, Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH., M. Krim., Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag., dan mitra deradikalisasi eks. Anggota Jamaah Islamiyah (JI), Arif Siswanto. Sesi dialog ini dipandu moderator Pengamat Timur Tengah yang juga Tenaga Ahli bidang Pencegahan BNPT, Prof (Hc) Dr. KH. M. Suaib. Tahir, Lc., MA.
Turut mendampingi Direktur Pencegana yakni Kasubdit Pemulihan Korban Terorisme BNPT, Rachel, SH., M.Hum. Dalam acara tersebut hadir pula Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kaban Kesbangpol) Kabupaten Wonogiri,Rahmat Imam Santosa, S.Sos., M.P., yang mewakili Bupati Wonogiri yang berhalangan hadir, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Wonogiri, Krisyanto, anggota DPRD Kabupaten Wonogiri, Nyamik Saptati, S.Pd, Wawan Arifianto, S.T. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonogiri H. Hariyadi, S.Ag., M.Si, serta para perwakilan jajaran Forkopimda Kabupaten Wonogiri
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!