Perbedaan dan Islam Itu Indah, Umat Jangan Mau di Adu Domba

Jakarta – Bangsa Indonesia tengah diuji dengan berbagai gejolak sosial masyarakat yang dipicu kasus penistaan agama dalam Pilkada DKI Jakarta yang mengarah pada perpecahan nasional. Ironisnya kondisi ini dikhawatirkan akan ‘ditunggangi’ penumpang gelap yang ingin memecah belah dan menghancurkan NKRI, salah satunya kelompok radikalisme dan terorisme.

Tak pelak kondisi ini membuat prihatin berbagai pihak. Salah satunya Ketua Umum Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail. Menurutnya, kondisi ini sebenarnya tidak harus terjadi pada bangsa Indonesia kembali menyadari jatidiriny sebagai bangsa yang majemuk dibawah kekuatan Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu, di tengah perbedaan itu, masing-masing umat juga mempererat jiwa toleransi antar agama. Dengan tegas ia juga meminta umat islam jangan mau di adu domba dengan umat lain.

“Umat islam sebagai mayoritas harus terus memperkokoh persatuannya dan bisa bersikap toleran dengan kelompok lainnya. Demikian juga kelompok lain juga wajib berusaha menyatukan dan berusaha bisa toleran terhadp kelompok islam. Dengan timbal balik seperti ini insya Allah bisa menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa besar dan menjaga kesatuan NKRI,” papar Ahmad Satori Ismail di Jakarta, Rabu (23/11/2016).

Ia mengungkapkan bahwa kebhinnekaan dan perbedaan itu adalah satu hal yang alami di Indonesia. Bahkan dalam satu keluarga saja bisa berbeda, apalagi melebar ke satu suku bangsa, itu pasti ada perbedaan. Yang penting bagaimana dengan perbedaan itu masyarakat bisa saling menghormati dan menghargai, serta memperkokoh persatuan itu.

“Jangan sampai perbedaan itu dipertajam berusaha untuk melemparkan kebencian atau melakukan tindakan teror atau hal-hal yang menyakiti orang lain. Itu jelas tidak bisa dibenarkan dan harus dilawan dan dihilangkan,” imbuhnya.

Seperti diketahui, 4 November lalu, Jakarta diwarnai demo besar umat islam yang dipicu ucapan calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dinilai menista kitab suci Al Quran. Dan pada 2 Desember mendatang, kabarnya akan ada aksi massa lanjutan dengan menutup jalan protokol di Jakarta.

Ahmad Satori menilai aksi massa seperti itu ada aturannya dan serahkan saja pada pemerintah untuk melakukan yang terbaik. “Umat islam yang agamanya dinista tentunya harus berpikir rasional dan bersikap sesuai dengan koridor hukum . Jangan sampai terpancing kemudian melakukan hal-hal yang tidak baik, apalagi aksi-aksi seperti itu sangat rentan ditunggangi kelompok radikalisme yang ingn merusak Indonesia,” terang Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini.

Sebagai ketua umum Ikadi, Ahmad Satori juga mengajak para dai yang untuk berperan aktif membantu pemerintah menyebarkan kedamaian demi persatuan NKRI. Salah satunya dengan melakukan dakwah membanjiri sosial media (dunia maya) dengan tulisan kedamaian, ayat, dan hadits yang benar dan sesuai dengan islam yang rahmatan lil alamin.

Selama ini, ia Ahmad Satori telah mengawali dengan melakukan posting one day one hadits melalui messenger WhatsApp (WA). Tentunya itu hadits yang indah, serta hal-hal yang baik. Langkah itu pasti akan lebih bagus bila diikuti para para dai dan anak muda di Indonesia, khususnya dalam mengimbangi dan membendung propaganda radikalisme dan terorisme di dunia maya.

Ia mendukung penuh penyebaran hal-hal baik ini melalui medsos sehingga pemikiran ektrimis dan terorisme bisa terkikis. Menurutnya, pertarungan antara hak dan yang batil, antara kedamaian dan terorisme tidak akan pernah selesai.

“Semakin banyak menulis baik dalam menjaga NKRI akan sangat baik. Para ulama sendiri sudah bertekad bahwa NKRI final. Selama ini paling terdepan menjaga NKRI umat islam. Ia juga mengajak para dai untuk berusaha menjaga negara ini tetap utuh dengan menyebarkan kebaikan dan pemahaman bahwa agama Islam itu indah dan damai,” pungkas Ahmad Satori.