Peran Guru Sangat Vital Dalam Membendung Ajaran Radikalisme

Damailahindonesiaku.com, Medan – Peran guru dinilai sangat vital dalam membendung masuknya ajaran atau paham radikalisme. Untuk itu, seluruh guru yang ada di Indonesia ini diharapkan berperan aktif dalam memberikan wawasan dan pemahaman yang benar, terutama tentang ideologi dan agama, juga tentang bahaya radikalisme.

“Tentunya sosok seorang guru harus benar-benar bisa menjadi panutan bagi para murid atau anak didiknya di lingkungan sekolah. Karena guru itu ditaati ucapannya dan ditiru perilakuanya. Oleh karena itu seorang guru harus bisa mengajarkan, mendidik yang benar kepada para muridnya. Jangan sampai guru itu salah ataupun menyimpang dalam mengajar kepada muridnya,” ujar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakara, Prof Dr. Ali Musthafa Ya’qub, MA di depan para guru dan pelajar SMU sederajat se-Sumatera Utara dalam acara Dialog Pencegahan Paham ISIS Dikalangan Pelajar dan Masyarakat yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) di Medan, Kamis kemarin.

Untuk itu, seorang guru terutama guru agama islam harus memahami ajaran islam secara baik dan benar. “Jangan sampai guru terutama guru agama islam mengajarkan hal-hal yang tidak baik atau hal-hal yang salah kepada para muridnya,” alumni Fakultas Syariah Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Saudi Arabia ini.

Dikatakan alumni Pesantren Tebuireng Jombang ini, kalau saja guru mengajarkan hal-hal yang menyimpang kepada muridnya tentunya akan berdampak tidak baik bagi para muridnya. Karena kerusakan yang ditimbulkan atau dicontohkan oleh guru maka akan dilakukan lebih parah lagi oleh muridnya .

“Ibaratnya seperti pepatah guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Karena murid biasanya bulat-bulat mencontoh gurunya. Menjadi guru itu berat karena akan dijadikan contoh. Jadi guru harus tahu apa yang akan disampaikan atau diajarkannya kepada anak didiknya,” ujarnya.

Dikatakan pria yang juga pernah menempuh pendidikan di Universitas King Saud, Jurusan Tafsir dan Hadist di Saudi Arabia ini, kalau anak yang belajar tanpa guru maka gurunya adalah setan. Karena saat nantinya dia pandai maka akan muncul arogansi. Dan ketika muncul arogansi pada anak tersebut maka anak tersebut tidak akan menerima pendapat orang lain karena beranggapan pendapatnya lah yang paling benar.

Acara dialog tersebut dihadiri sebanyak 200 orang guru dan beberapa pelajar melibatkan sebanyak 40 SMU sederajat se-Sumatera Utara baik negeri maupun swasta. Dimana masing masing sekolah terdiri dari dari 5 orang yang terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembina Rohani Islam (Rohis), Guru Pembina OSIS dan satu orang.

Selain Ali Musthafa Ya’kub, narasumber lainnya adalah Deputi I BNPT Agus Surya Bakti, Ali Fauzi Manzi (adik kandung dari terpidana mati teroris Amrozy dan Ali Ghufron), serta Ahmad Baidhowi dari Yayasan Sukma. Selain dialog, acara tersebut juga diisi dengan Forum Diskusi di kalangan para guru untuk mencari titik temu permasalahan yang terjadi di sekolah. Sementara untuk para pelajar dilakukan Workshop mengenai Damai di Dunia Maya.