Bandung – Tahun Kalender 2023 mencatat absennya aksi terorisme terbuka
di Indonesia. Catatan ini bahkan menjadi perhatian internasional
mengingat Indonesia adalah negara dengan risiko aksi terorisme yang
cukup tinggi. Global Index Terrorism memasukkan Indonesia sebagai
negara ke-24 dengan tingkat keterpaparan tertinggi di dunia.
Karena itu, situasi ini selain menjadi pencapaian, juga sekaligus
tantangan tersendiri bagi para pemangku kepentingan yang bergerak di
bidang penanggulangan dan penindakan terorisme, utamanya kepolisian.
Kepolisian menjadi salah satu komponen yang berhasil menjaga tahun
2023 tetap aman dan kondusif.
Kepala BNPT RI Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel, MSi
mengapresiasi kinerja Kepolisian Republik Indonesia, Densus 88
Anti-teror, TNI, dan seluruh lapisan masyarakat di sela kunjungannya
ke Markas Polda Jawa Barat, Jum’at 2 Februari 2024. Kunjungan ini
sekaligus menjadi forum silaturahmi Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT) bersama Polda Jawa Barat.
“Apresiasi layak ditujukan kepada jajaran Kepolisian RI karena selama
tahun 2023 tidak ada serangan teror terbuka.” Terang Jenderal Bintang
Tiga itu di Ruang Rapat Herman Sudjanadiwirja Polda Jawa Barat, Jum’at
(2/2/2024).
“Namun jika mengacu pada teori gunung es, zero terrorist attack itu
hanyalah yang terlihat di permukaan.” Sambungnya.
Di depan jajaran pejabat utama Polda Jabar, Rycko mengurai beberapa
tantangan dan ancaman yang bersembunyi di bawah puncak gunung es itu.
Pertama, katanya, terjadi peningkatan sel radikalisasi yang komposisi
utamanya adalah remaja, perempuan, dan anak-anak. Menurutnya,
kewaspadaan terhadap ancaman terorisme juga harus perlu ada meskipun
pada tahun 2023 telah terjadi fenomena zero terrorist attack.
Kedua, terjadi peningkatan pengumpulan dana secara ilegal oleh
kelompok radikal terorisme memanfaatkan kultur masyarakat Indonesia
yang dermawan, cenderung suka bersimpati, dan rendah hati.
Kelompok-kelompok ini, kata Kepala BNPT, sekarang masif menggunakan
konflik Gaza-Israel sebagai momentum menggalang simpati publik untuk
melakukan penggalangan dana.
“Pintu masuk ideologi radikal terorisme adalah jubah dan atribut
keagamaan yang dituturkan dari lisan tokoh agama yang ‘primordial’.”
Terangnya.
Berdasar realita ini, Rycko menyebut perlunya penguatan strategi
simultan penanggulangan terorisme dengan membangun ketahanan dan
kesadaran publik di ruang maya serta penegakkan hukum yang tegas dan
pro aktif. Kepala BNPT juga mengingatkan bahwa ideologi radikal
mengkristal menjadi sebuah dogma di dalam diri seseorang yang
membuatnya selalu merasa benar, meskipun sedang melakukan tindakan
kriminal.
“Kejahatan terorisme yang diserang adalah keyakinan, sedangkan
kejahatan lain yang diserang adalah kebutuhan.” Tutur Rycko.
Selanjutnya, Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Irjen
Pol. Ibnu Suhendra menambahkan perkembangan paham dan aksi radikal
terorisme khususnya menjelang Pemilu 2024. Ia mengatakan, perkembangan
teror global masih masif dari ISIS, Al Qaeda, dan sel-sel jaringan
teroris tingkat regional, khususnya di Indonesia. Beberapa jaringan
teror internasional bahkan menargetkan pemilu sebagai momentum aksi
teror, misalnya di Pakistan, Filipina, dan Afghanistan.
“Indonesia masih menjadi negara yang rentan terpapar ideologi radikal
terorisme di dunia.” Papar Ibnu Suhendra.
“Ini menjadi catatan serius masyarakat kita menjelang Pemilu 2024.”
Sambung lulusan Akpol 1993 ini.
Menurutnya, pemilu menjadi ajang yang tepat bagi kelompok militan ini
karena pada dasarnya tujuan akhir mereka adalah politik negara bernama
khilafah, bukan agama. Ibnu menggarisbawahi bahwa ancaman terorisme
masih nyata di depan nyata menjelang Pemilu 2024. Densus 88, terang
Ibnu, menangkap terduga teroris di Klaten, Boyolali, dan Sukoharjo
yang mengaku akan merencanakan aksi menjelang Pemilu 2024.
Artinya, ia menuturkan bahwa tantangan pencegahan radikal terorisme
ini harus intens menjangkau ruang-ruang online, tetapi tidak lalu
mengabaikan yang offline. Karena menurutnya, pola propaganda radikal
terorisme nyatanya tidaknya hanya berubah dari offline ke online,
namun juga berubah pola dari yang mulanya jihad qital menuju “jihad
konstitusi”.
“Khusus di Jawa Barat, belum ada kegiatan kelompok militan seperti
Jemaah Islamiyah yang mengarah pada aksi teror menjelang Pemilu 2024.
Jamaah Ansharu Daulah juga belum terlihat mengancam baru-baru ini,
baik di media online maupun offline.” Papar Ibnu Suhendra.
Namun, lanjutnya, langkah antisipasi dan deteksi dini terhadap ancaman
di ambang Pemilu 2024 tetap perlu disiagakan. Hal ini mengingat
strategi propaganda yang semakin samar untuk diidentifikasi dan Jawa
Barat sebagai provinsi dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbanyak di
Indonesia, yaitu sejumlah 30 juta jiwa. Terlebih, Jawa Barat masuk
dalam 12 teratas provinsi paling rentan terpapar radikal terorisme.
“Menjelang Pemilu 2024, pembinaan dan peningkatan kewaspadaan untuk
mengantisipasi pola propaganda di segmen online dan offline perlu
ditingkatkan.” Pungkas Ibnu Suhendra.
Acara kunjungan kerja BNPT ke Mapolda Jabar tersebut dihadiri oleh
Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen
TNI Roedi Widodo, Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan
Irjen Pol. Ibnu Suhendra, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat, Kolonel
(Sus) Harianto, S.Pd., M.Pd. dan jajaran staf BNPT lainnya.
Dari pihak Polda Jabar, hadir Wakapolda Jabar Brigjen Pol. Bariza
Sulfo, Direktur Penindakan Densus 88 AT Brigjen Pol. Adrianto Jossy
Kusumo, Karolog Polda Jabar Kombes Pol. Dr. Yasir, Direktur Pengamanan
Objek Vital Polda Jabar Kombes Pol. M. Hidayat B., Kabidkum Polda
Jabar Kombes Pol. Wahyu Wimhardjanto, Direktur Kriminal Umum Polda
Jabar Kombes Pol. Surawan, dan para pejabat utama lainnya.
Acara diakhiri dengan penyerahan souvenir berupa Al-Qur’an dan Kitab
Hadis oleh Kepala BNPT kepada Pengurus Masjid Al-Amman Polda Jabar,
kemudian ditutup dengan makan siang bersama BNPT dan jajaran Polda
Jabar di aula Masjid Al-Amman Polda Jabar.