Jakarta – Para penyuluh agama dan penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA) yang semuanya berada di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung dalam melakukan perannya dalam melaksanakan program deradikalisasi yang dilaksanakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terhadap sasaran mantan narapidana kasus terorisme, keluarga berserta jaringannya yang ada di lingkungan masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof. DR. Irfan Idris, MA dalam sambutannya saat menutup acara Rapat Koordinasi (rakor) gelombang II yang digelar BNPT bersama Kemenag dalam rangka pendampingan sasaran deradikalisasi di masyarakat yang digelar di hotel Hariston, Jakarta, Sabtu (18/11/2017) siang.
“Jika diamati tentumya ada keterkaitan langsung dan tidak langsung antara para penyuluh agama dan juga penghulu di KUA ini bersama dengan BNPT saat mereka melakukan tugasnya di lapangan,” ujar Prof. DR. Irfan Idris, MA.
Dijelaskan Prof Irfan, untuk keterkaitan langsung para penyuluh dan penghulu ini bisa menjadi mata dan telinga bagi BNPT yang mana pada wilayah para penyuluh dan penghulu itu berada terdapat warga binaan deradikalisasi.
“Sehingga para penyuluh dan penghulu ini bisa para waga binaan deradikalisasi ini sebagai sahabat dalam berinteraksi dengan masyarakat luas, Ini agar masyarakat luas yang ada di sekitar wilayah itu tidak membangun stigma negatif terhadap para binaan deradikalisasi itu,” ujar Prof. Irfan.
Ketekaitan langsung lainnya menurutnya yaitu para penyuluh dan penghulu ini dapat memantau secara langsung kegiatan usaha yang telah disiapkan oleh BNPT terhadap warga binaan deradikalisasi tersebut walaupun masih terbatas.
“Para penyuluh dan penghulu ini juga dapat menjadi komunikator kepada para tokoh agama setempat lainnya dalam melibatkan warga binaan tersebut pada setiap kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial lainnya. Sehingga suasananya bersama mereka bisa mencair,” ucap pria yang juga Guru Besar UIN Alaudin Makassar.
Selain itu para penyuluh dan penghulu secara periodik juga dapat berdiskusi dengan warga binaan deradikalisasi bahkan dapat menjadikan warga binaan tersebut sebagai pembicara jika binaan tersebut telah memiliki kemampuan berbicara positif demi menciptakan suasana perdamaian dan kerukunan antar seluruh umat.
“Dan para bapak-bapak ini semua seharusnya juga dapat menggandeng warga binaan tersebut untuk dapat menjelaskan bahaya radikalisme bagi masyarakat awam,” ujar peraih gelar Doktoral dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.
Sementara untuk keterkaitan tidak langsung antara BNPT dengan penyuluh agama dan penghulu, Irfan mengatakan kalau para penyuluh dan penghulu ini harus dapat mengidentifikasi masjid-masjid yang sering melakukan dakwah-dakwah dengan mengutarakan ujaran kebencian.
“Dan tentunya juga dapat memantau pesantren-pesantren yang ada di wilayahnya yang tidak terdaftar pada Kemenag dan tidak menggunakan kurikulum nasional,” ujar pria kelahiran Makassar, 24 September ini.
Keterkaitan tidak langsung lainnya para penyuluh dan penghulu juga dapat mengajak tokoh adat dan tokoh budaya untuk memperkuat kearifan lokal dalam setiap kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial sebagai upaya menangkal radikalisme.
“Bahkan kalau penyuluh dan penghulu ini melakukan ceramah tentunya dapat memberikan pengertian kepada masyarakat untuk selalu waspada terhadap oknum yang mengajak masyarakat hijrah. Selain itu
penyuluh dan penghulu ini sebenarnya juga bisa menjadi agen iklan layanan masyarakat bagi kami karena bapak-bapak ini memiliki jamaah di setiap kecamatan, kelurahan, pedesaan hingga ke dusun dusun,”ucapnya.
Prof Irfan mengatakan bahwa secara periodik nanti tim dari BNPT akan datang ke wilayah-wilayah tersebut dalam memantau program kegiatan yang telah dilakukan terhadap warga binaan.
“Nanti kita akan bertemu juga bersama bapak-bapak di daerhanya masing-masing. Karena sudah pasti bapak-bapak yang hadir disini ini adalah wilayah bapak-bapak ini ada warga binaan deradikalisasi. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua demi menjaga perdamaian dan persatuan bangsa Indonesia,” kata Direktur Dradikalisasi ini mengakhiri.
Seperti dikeatahui bahwa Rakor ini sendiri berlangsung sejak Senin (13/11/2017) lalu dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama yang digelar Senin hingga Rabu (15/11/2017) diikuti oleh Kepala Wilayah Provinsi, Kepala Kantor dan penyuluh agama Kementerian Agama kementerian dari 26 Kabupaten/Kota.
Sementara gelombang II yang digelar dari Kamis (16/11/2017) hingga Sabtu ini diikuti oleh penghulu dan Kepala KUA dari wilayah provinsi dan kabupaten/kota yang sama. Dimana di wilayah kabupaten/kota ini terdapat warga binaan deradikalisasi.