Batanghari – Pemerintah Kabupaten Batanghari, Jambi, menyambut positif dilaksanakannya kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme di wilayahnya. Penyuluh agama disebut tidak hanya berperan sebagai juru penerangan, namun juga sebagai intelijen di pencegahan terorisme.
Demikian disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Batanghari, H. Bachtiar, saat menyampaikan sambutan mewakili bupati. Dia menyebut penyuluh agama memiliki peran penting membantu pencegahan terorisme di daerahnya.
“Penyuluh agama setiap saat berdakwah, setiap saat berhadapan dengan masyarakat secara langsung. Penyuluh agama tidak hanya bisa berdakwah, namun juga melakukan upaya deteksi dini untuk langkah pencegahan,” kata H. Bachtiar, Kamis (18/10).
Kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme di Kabupaten Batanghari terselenggara atas kerjasama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jambi. Kegiatan ini dinilai oleh H. Bachtiar sebagai langkah positif yang harus terus ditingkatkan. “Sinergitas positif ini harus terus dibangun dan ditingkatkan,” tambahnya.
Dalam sambutannya H. Bachtiar juga menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada BNPT dan FKPT Jambi yang telah menginisiasi peningkatan kapasitas penyuluh agama sebagai bekal berdakwah ke masyarakat.
“Tantangan dalam dakwah pencegahan radikalisme dan terorisme tidaklah mudah. Karenanya penyuluh agama harus terus menambah pengetahuannya. Terimakasih kepada BNPT dan FKPT Jambi yang mengupayakan pembekalan pengetahuan ini,” H. Bachtiar berpesan.
Direktur Pencegahan BNPT, Brigadir Jenderal (Pol) Hamli, di kesempatan yang sama mengungkap salah satu modus pelaku penyebarluas radikalisme dan terorisme adalah menggunakan narasi intoleransi. Masyarakat diminta tidak mudah terpancing dengan narasi-narasi tersebut.
“Di sini penyuluh agama berperan. Berikan pemahaman ke masyarakat bahwa sikap intoleransi hanya akan memecah belah bangsa, dan karenanya harus dihindari,” tandas Hamli.
Hamli meminta masyarakat di Indonesia menjadikan apa yang terjadi di Suriah dan Irak sebagai pelajaran, intoleransi dalam beragama dengan mudah bisa disusupi paham radikal terorisme yang pada akhirnya mengakibatkan perpecahan dan kehancuran bangsa.
“Kita tentu tidak boleh dengan mudah diadu domba oleh faktor internal maupun eksternal. Kita adalah bangsa yg besar dan majemuk, kita sudah berpengalaman dalam menjaga keutuhan NKRI,” pungkas Hamli.
Selain di Kabupaten Batanghari, kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme sudah dan akan dilaksanakan di berbagai kota/kabupaten di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2018. Kegiatan ini memiliki output naskah dakwah karya penyuluh agama, yang nantinya akan dibukukan dan diedarkan sebagai materi kontranarasi terhadap penyebarluasan paham radikal terorisme. [shk/shk]