Pentinganya Pasukan Anti Teror TNI Mendapatkan Pemahaman Tentang Peta Jaringan Terorisme di Dunia

Jakarta – Ancaman terorisme di Tanah Air dinilai masih sangat tinggi. Bahkan peta jaringan kelompok terorisme baik secara global, regional dan nasional dewasa ini juga semakin komplek. Banyak sekali kelompok-kelompok teroris seperti Jamaah Anshor Daulah (JAD), Jamaah Anshor Tauhid, Jamaah Islamiyah (JI) dan jaringan lainnya yang berafiliasi seperti Al Qaeda mauoun Islamic State of Iranq and Suriah).

Untuk memberikan informasi terbaru mengenai jaringan terorisme di Tanah Air, serta ancaman terorisme di Tanah Air jelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Subdit Hubungan Antar Lembaga Aparat Penegak Hukum pada Direktorat Penegakakn Hukum di Kedeputian II bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan menggelar pertemuan dengam jajaran pasukan khusus TNI

Kali ini pertemuan tersebut di khususnya dengan Unit Anti Teror TNI seperti Satuan 81 Kopassus TNI-AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI-AL dan Satuan Bravo 90 Korpaskhas TNI-AU. Dalam kesempatan tersebut BNPT mengundang Widyaiswara Madya Sesmpimti Polri, Brigjen Pol. Ibnu Suhaendra, S.Ik, sebagai narasumber utama untuk memaparkan peta jaringan terorisme secara global

“Acara pertemuan ini sangat penting bagi unit Anti Teror dari pasukan khusus TNI. Yang mana kami tadi telah memaparkan tentang perkembangan jaringan teroris baik di dunia, regional Asean dan Indonesia sendiri pada khususnya termasuk ancamannya,” ujar Brigjen Pol. Ibnu Suhaendra, S.Ik usai memberikan paparan dalam pertemuan tersebut yang digelar di Jakarta, Jumat (29/3/2019).

Dikatakan pria yang dalam karir Kepolisiannya dihabiskan di Detasemen Khusus (Densus) 88/Antoi Teror Polri ini, pentingnya unit pasukan anti teror TNI ini untuk mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai peta jaringan terorismedi dunia.

“Tentunya hal ini sangat penting supaya tidak hanya mengetahui sebagian tentang jaringan terorisme tersebut, tapi harus mengetahui secara keseluruhan dari akar masalah jaringan teroris, termasuk juga tentang intoleransi dan radikalisme di Indonesia,” ujar mantan Direktur Intelijen Densus 88/AT polri ini.

Untukitu dikatakan alumni Akpol tahun 1993 ini, dengan adanya pertemuan dari pasukan unit Anti Teror TNI yang tergabung dalam Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab) TNI ini maka seluruh aparat diharapkan semakin meningkatkan kesiapsiagaannya dalam upaya untuk mencegah aksi teror pada saat pelaksanaan Pilpres 17 april mendatang.

“Dengan demikian harapan kami seluruh kesatuan-kesatuan elit TNI ini mempunyai pandangan dan informasi yang lengkap tentang peta jaringan teroris di dunia, Indonesia maupun di regional Asean. Kami berharap agar kita bisa mencegah aksi teror di Indonesia dengan melakukan sinergi bersama antara TNI dan Polri,” ujar pria kelahiran Bondowoso, 31 Maret 1971 ini mengakhiri.

Para pejabat pasukan khsuus TNI yang hadir dalam pertemuan tersebut yakni Komandan Satuan 81 Kopassus TNI-AD Kolonel Inf. Yudha Airlangga, Wakil Komandan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI-AL, Letkol Mar. Samson Sitohang dan Komandan Satuan Bravo 90/Anti Teror Korpaskhas TNI-AU, Kolonel Pas. Nana Setiawan yang kesemuanya didampingi para anggotanya.