Stockholm – Sejumlah mantan pengantin ISIS yang saat ini terjebak di kamp-kamp Suriah kini menuntut Swedia di Pengadilan Eropa karena “gagal” membawa mereka “pulang”. Mereka anggap ini sebagai “pelanggaran serius” terhadap HAM.
Tuntunan ini datang di tengah meningkatnya tekanan terhadap Swedia dari PBB, yang meminta Stockholm untuk mengajukan diri dan mengambil kembali perempuan, dan anak-anak dengan kewarganegaraan Swedia dari kamp-kamp di Suriah.
“Kami percaya bahwa kegagalan Swedia untuk membawa wanita dan anak-anak Swedia dari kamp-kamp di timur laut Suriah melanggar HAM mereka,” ujar ketua tim pengacara mereka, Percy Bratt, dikutip Sputnik, Minggu (21/2).
“Sebagai perwakilan dari sejumlah wanita dan anak-anak di kamp Roj, karena itu kami mengajukan keluhan ke Pengadilan Eropa dan mengklaim bahwa Swedia memiliki kewajiban hak asasi manusia untuk membawa mereka pulang ke Swedia,” sambungnya.
Tim hukum menggambarkan kondisi di kamp al-Hol dan Roj di timur laut Suriah sebagai “tidak manusiawi”. Mereka mengutip kekerasan fisik dan seksual, kurangnya produk makanan pokok, sanitasi yang buruk, dan perawatan medis yang tidak memadai dan merujuk pada Utusan Khusus PBB Fionnuala Ni Aolain menyamakannya dengan penyiksaan.
“Mudah-mudahan, Swedia akan segera menanggapi seruan dari PBB untuk bertanggung jawab dan membantu orang-orang ini (kembali) ke rumah. Para wanita dan anak-anak Swedia di kamp-kamp itu sepenuhnya bergantung pada intervensi negara Swedia untuk menyelamatkan mereka dari situasi mengerikan disana,” ungkapnya.
Mereka menekankan bahwa Kementerian Luar Negeri Swedia hingga hari ini tidak aktif bekerja, atau tertarik untuk membantu para wanita ini kembali ke Swedia.
Sebaliknya, tegasnya, beberapa negara Eropa telah memenuhi tuntutan PBB dan permintaan pemerintah Kurdi yang mengontrol kamp untuk membawa pulang perempuan dan anak-anak.
“Misalnya, Jerman dan Finlandia baru-baru ini melakukannya pada Desember 2020,” tegasnya.