Pengamat Ungkap Tiga Potensi Ancaman Jelang Pemilu 2024, Terorisme Salah Satunya

Jakarta – Pengamat Intelijen dan Terorisme, Ridlwan Habib berbicara soal proyeksi keamanan Indonesia di tahun 2023 ini.

Seperti diketahui, Pemilu akan diselengarakan pada 2024 mendatang, yang artinya hanya tinggal satu tahun lagi pesta demokrasi lima tahunan itu digelar.

Dalam seminar nasional bertajuk Proyeksi Situasi Keamanan Indonesia 2023 yang digelar di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (19/1/2023), Ridlwan mengatakan ada tiga hal utama yang berpotensi mengancam keamanan nasional pada tahun ini.

Adapun yang pertama adalah potensi bencana alam.

“Karena Indonesia berada dalam wilayah strategis gempa, maka kita mungkin masih menghadapi bencana bencana alam, seperti gempa bumi, tanah longsor mungkin tsunami, tapi kita tidak berharap itu,” kata Ridlwan Habib.

Selain tidak mengharapkan adanya bencana alam, Direktur The Indonesian Institute ini mengatakan bahwa hal ini dapat diantisipasi dengan mempersiapkan data intelenjensi yang baik.

Kemudian yang kedua berkaitan dengan konflik horizontal. Konflik horizontal ini menjurus pada potensi tindak radikal terorisme.

Dua hal ini, kata Ridlwan, begitu berkaitan mengingat konflik ini dilandasi sentimen identitas, sentimen etnis dan suku yang kemudian menjadi intoleran hingga bermuara pada radikal terorisme tersebut.

“Ini saya kira juga akan mungkin masih mengancam di tahun 2023,” tuturnya.

Kemudian yang ketiga adalah ancaman dinamika politik. Menurutnya, hal ini dapat berdampak pula pada stabilitas nasional.

Dinamika politik ini bisa terjadi saat penetapan partai politik peserta Pemilu, penetapan calon legislatif atau caleg hingga pendaftaran calon presiden can calon wakil presiden (capres-cawapres).

“Ini saya kira bisa saja menjadi ancaman serius, bisa saja dalam bentuk konflik horizontal,” tuturnya.

“Tiga hal ini yang harus dicegah dengan segera oleh segala macam komunitas intelijen dan sudah diingatkan juga oleh bapak presiden bahwa jangan sampai sudah kejadian baru lapor, itu yang kemudian disebut pendadakan strategis,” lanjut Ridlwan.